Dalam sidang ke-17 dugaan kasus penistaan agama, Ketua Majelis Hakim Dwiarso Budi Santiarto mencecar terdakwa Ahok dengan banyak pertanyaan.
Berikut percakapan lengkap Ketua Majelis Hakim dengan Ahok. Ahok dinilai berkelit berkali-kali dan menyampaikan jawaban mengalihkan.
Ahok (ilustrasi) |
Dalam sidang ke-17 dugaan kasus penistaan agama, Ketua Majelis Hakim Dwiarso Budi Santiarto mencecar terdakwa Ahok dengan banyak pertanyaan.
Berikut percakapan lengkap Ketua Majelis Hakim dengan Ahok. Ahok dinilai berkelit berkali-kali dan menyampaikan jawaban yang terkesan tidak nyambung.
Majelis Hakim (MH): Maksudnya saudara itu apa? Ikan dengan al-Maidah itu apa hubungannya?
Basuki Tjahja Purnama (BTP): Saya sampaikan berkali-kali keuntungan program ini, tapi warga kurang respons. Saya tebak-tebak, apakah karena uang. Terlintas ini angan-jangan kayak di Belitung, orang polos, karena dia pikir dalam pilkada, harus bayar budi nih kalau milih program
MH: Saudara katakan, jangan-jangan seperti di Belitung, apa itu? (Tentang) Panen Kerapu juga?
BTP: Bukan, selebaran menolak saya menjadi gubernur. (Pilkada) 2007
MH: Ya ini hubungannya apa? Saudara di sini ini (Kepulauan Seribu) bukan kampanye pilkada. Sedangkan di Belitung peristiwa Pilkada 2007 masalah al-Maidah itu. Gimana sambungkan di pikiran saudara itu?
BTP: Dia bilang 'Mohon maaf Hok, ibu nggak pilih kamu', kenapa saya tanya, 'Ibu takut murtad, meninggalkan agama ibu.'
MH: Tadi sudah disampaikan dan dengar, nggak pilih saya nggak apa-apa asal program jalan, karena sampai Oktober 2017. Lah terus hubungannya apa dengan al-Maidah? Kalau sampai sini saya masih bisa menghubungkan
BTP: Saya yakin sekali, orang nolak saya, selain program dari Bangka Belitung, masalah keyakinan. Baik dengan saya tapi tidak bisa pilih saya
MH: Saat memberikan kesaksian al-Maidah kan bukan satu-satunya dikutip kesaksian Cawagub (Eko Cahyono) kenapa yang muncul bukan kecurangan Babel malah surah al-Maidah?
BTP: Ini pengalaman saya dengan seorang ibu, di Pulau Seribu saya nggak ada ngomong pilkada. Yang saya lihat muka ibu-ibu ini satu pihak takut murtad, satu pihak mau program, takut juga kalau ambil program nggak pilih saya soalnya itu orang pulau gitu. [Om Pir/Tarbawia/ROL]