"Dari mana sumber dana yang digunakan oleh tim kotak-kotak hingga mampu menghujani Ibu Kota dengan sembako tak terhitung?"
Memang dari para taipan, pemodal, dan nama lainnya. Tapi di balik itu semua, ada satu jawaban yang paling pasti. Ustadz muda asal Yogyakarta ini mengungkapnya dengan uraian singkat yang amat menohok.
Politik uang dari tim kotak-kotak |
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta mendadak riuh di tengah pekan tenang gelaran demokrasi lima tahunan, Pemilihan Kepala Daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur. Tim sukses pasangan calon Basuki Tjahja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat membagikan sembako kepada warga Jakarta, hampir di setiap sudut kota.
Tanpa merasa takut atau khawatir di-diskualifikasi oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), mereka melakukan politik uang dengan massif, terstruktur, bahkan ditemani aparat keamanan dengan berbagai alasannya.
Setelah dilakukan investigasi, seorang bandar beras mengaku mendapat order puluhan ton dari dua sosok anggota DPR yang juga petinggi di partai pendukung pasangan Ahok-Djarot.
Pedagang beras itu mengisahkan, ada tujuh titik besar yang dipesan oleh tim kotak-kotak untuk didistribusikan ke berbagai wilayah Jakarta, khususnya Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Mirisnya, masih menurut pengakuan si pedagang, ada tagihan senilai 500-an juta yang belum dibayar oleh pihak pemesan beras. Menyedihkan, bukan?
Di Kepulauan Seribu, misalnya, ditemukan puluhan sapi yang disita oleh pihak berwajib. Di berbagai wilayah lainnya juga disita ber-truk-truk penuh muatan beras dan bahan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Pastilah akan timbul pertanyaan, "Dari mana sumber dana yang digunakan oleh tim kotak-kotak hingga mampu menghujani Ibu Kota dengan sembako tak terhitung?"
Memang dari para taipan, pemodal, dan nama lainnya. Tapi di balik itu semua, ada satu jawaban yang paling pasti. Ustadz muda asal Yogyakarta ini mengungkapnya dengan uraian singkat yang amat menohok.
"Sungguh yang mampu menghujani Ibu Kota dengan harta sedemikian deras, pasti telah merampas begitu banyak dari negeri dan rakyat ini dengan cara-cara nista dan tak layak." tulis Ustadz Salim A. Fillah melalui akun fesbuk pribadinya. [Om Pir/Tarbawia]