Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Nyawa Kiyai Hasyim Muzadi telah diangkat oleh Allah Ta'ala pada Kamis (16/3/17) pagi, sekitar pukul 06.15 WIB. Namun, banyak kesan mengharukan sekaligus membanggakan dari sang Kiyai.
Seperti pidato Kiyai Hasyim yang beredar sangat luas, heboh, dan membuat bangga umat Islam Indonesia berikut ini. Meski disampaikan pada tahun 2012, pidato ini tetap aplikatif hingga hari ini, dan esok, insya Allah.
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Nyawa Kiyai Hasyim Muzadi telah diangkat oleh Allah Ta'ala pada Kamis (16/3/17) pagi, sekitar pukul 06.15 WIB. Namun, banyak kesan mengharukan sekaligus membanggakan dari sang Kiyai.
Seperti pidato Kiyai Hasyim yang beredar sangat luas, heboh, dan membuat bangga umat Islam Indonesia berikut ini. Meski disampaikan pada tahun 2012, pidato ini tetap aplikatif hingga hari ini, dan esok, insya Allah.
"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan intoleransi agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara Muslim mana pun yang setoleran Indonesia.
Kalau yang dipakai ukuran adalah masalah Ahmadiyah, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam.
Kalau yang jadi ukuran adalah GKI Yasmin Bogor, saya berkali-kali kesana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional dan dunia untuk kepentingan lain daripada masalahnya selesai.
Kalau ukurannya pendirian gereja, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu melakukan mediasi.
Kalau ukurannya Lady Gaga & Irshad Manji, bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan intelektualisme kosong?
Kalau ukurannya HAM, lalu di Papua kenap TNI/Polri/Imam Masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM?
Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan jilbab, lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama, karena di sana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis?!
Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia, kaum Muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar (humanisme) dan mana yang sekadar westernisme". [Om Pir/Tarbawia/tb]