Setelah menutup dzikir dengan doa, Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham menambahkan dengan sedikit tausyiah. Dalam penyampaiannya, dai kelahiran Banjarmasin ini mengisahkan prosesi kelahiran anak ketujuh dari istri kedua. Dikisahkan, dokter pun takjub saat melihat pemandangan pada dua istri sang dai.
KH M Arifin Ilham dan dua istrinya |
Pemimpin sekaligus pendiri Majlis Dzikir Az-Zikra Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham menjadi pemimpin dzikir sekaligus penyampai tausyiah di Masjid Al-Istighna Komplek Islamic Village Tangerang Banten pada Kamis (5/1/17).
Selain civitas akademika di sekitar sekolah Islam tersebut, Tausyiah dan Dzikir juga dihadiri perwakilan majlis ta'lim dan kaum Muslimin dari berbagai wilayah di Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.
Dalam amatan Tarbawia, beberapa siswa dan siswi turut hadir menjadi panitia sebagai penerima tamu. Masjid Al-Istighna segera penuh setelah sang dai hadir dengan kawalan mobil kepolisian.
Sebelum memimpin dzikir, Kiyai Haji Arifin Ilham menyampaikan tausyiah singkat tentang singkatnya kehidupan manusia di dunia. Beliau menegaskan, tempat kehidupan orang beriman bukanlah di dunia, melainkan di akhirat.
Dalam naungan dzikir, air mata bercampur padu dengan rasa bersalah para hadirin atas menumpuk dan banyaknya dosa-dosa. Isak tangis menggema di masjid yang terletak di bilangan Kelapa Dua Tangerang tersebut.
Setelah menutup dzikir dengan doa, Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham menambahkan dengan sedikit tausyiah. Dalam penyampaiannya, dai kelahiran Banjarmasin ini mengisahkan prosesi kelahiran anak ketujuh dari istri kedua. Dikisahkan, dokter pun takjub saat melihat pemandangan pada dua istri sang dai.
Istri pertama hadir dan menemani prosesi kelahiran anak ketujuh dari istri kedua. Ia menyemangati bahkan membersihkan keringat madunya. Saat kontraksi terakhir, keduanya terlihat akrab, saling mendukung, dan mendoakan.
"Melihat kejadian itu," tegas Kiyai Arifin, "dokter pun takjub."
Menurut Kiyai Arifin, rukunnya dua istri tersebut terjadi lantaran kualitas iman di dalam dada. Saat iman baik, dua istri bisa saling akur dan membantu. Namun tatkala imannya keliru, dua istri bisa menjadi awal bencana. Bahkan satu istri sekali pun, saat tiada iman, ianya merupakan sumber masalah.
Demikian pula suami yang tidak beriman. [Tarbawia/Om Pir]