Salah satu relawan AIDS binaan Prof Sarlito mengirimkan pesan kepada Tarbawia. Ia mengisahkan kebiasaan positif profesor yang tidak banyak diberitakan media ini.
Di akhir keterangannya, ia mengatakan, "Sisanya, entahlah..."
Prof Sarlito Wirawan Sarwono@Tempo |
Prof Sarlito Wirawan Sarwono dipanggil sebagai saksi ahli dalam kasus penistaan agama oleh Ahok pada Senin (7/11/16). Sehari setelahnya, Sarlito batal berangkat ke Singapura untuk menghadiri acara terkait terorisme karena dinyatakan tidak layak terbang, wajahnya sangat pucat.
Sarlito pun dilarikan ke rumah sakit Sari Asih Siloam. Setelah membaik, Sarlito dipulangkan ke rumahnya di bilangan Tangerang Selatan. Beberapa jam kemudian, kondisinya kembali menurun, lalu dibawa ke Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta.
Dalam masa perawatan intensif itu, kondisi Sarlito makin menurun. Pada Senin (14/11) pukul 22:18 WIB, Sarlito mengembuskan nafas terakhir.
Meninggalnya Guru Besar Universitas Indonesia ini menjadi perbincangan publik. Pasalnya, Selasa (15/11/16) siang, ia akan dimintai keterangan sebagai saksi ahli untuk meringankan Ahok dalam kasus penistaan Agama.
Pembatalan yang di luar kuasa manusia, karena umur memang sangat rahasia.
Sebelum itu, Sarlito juga menjadi perbincangan karena artikel yang ditulisnya. Ia menyebutkan bahwa Tuhan dan agama tidak perlu dibela karena kuat. Yang harus dibela adalah wanita, anak-anak telantar, dan orang-orang yang lemah.
Meski demikian, Tarbawia menerima komentar dari salah satu murid Prof Sarlito dalam relawan aids. Ia menegaskan, mentornya itu merupakan salah satu pendiri Yayasan Aids Indonesia yang shalatnya on time.
"Kalau yang meninggal itu Prof Sarlito. Salah satu pendiri Yayasan Aids Indonesia. Cukup agamis juga dilihat dari shalatnya yang on time," tutur wanita yang berprofesi sebagai bidan ini kepada Tarbawia melalui pesan WhatApp, tanpa mau disebutkan identitasnya.
"Kalau lagi ada acara Hari Aids sedunia, selalu Prof Sarlito yang woro-woro ngingetin yang Muslim untuk jaga shalat. Udah gitu loyal. Ngeluarin duit sendiri buat makan anak-anak relawan," lanjut wanita yang sehari-hari bekerja di Depok Jawa Barat ini.
Terkait sepak terjang Prof Sarlito yang sekarang, ia memilih tidak banyak berkomentar. "Sisanya, entahlah..." pungkasnya sampaikan keterangan.
Komentar lain yang disampaikan oleh seorang netizen juga sangat positif.
“Allah lebih sayang dengan Pak Sarlito, drpd dia berdosa lebih banyak
jika membela orang yg telah menistakan Agama Islam,” tulis Abinya Javaz
sebagaimana diberitakan Tarbiyah. [Om Pir/Tarbawia]