Mengapa masih ada yang gagal paham dengan #AksiDamai411? Bahkan ada orang Islam yang bersuara sangat keras bahwa aksi damai itu merupakan makar untuk menggulingkan pemerintahan? Mengapa kebencian mereka amat mendalam hingga sukar sekali dijelaskan, bahkan setelah mendapatkan banyak bukti?
Fatwa MUI menyebutkan bahwa Ahok menista Al-Qur'an di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Tindakan itu menimbulkan gerakan massa yang besar, sebab Al-Qur'an merupakan satu di antara tiga hal yang tidak bisa dihina. Dua lainnya adalah Allah Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Kaum Muslimin pun menyampaikan laporan ke pihak berwajib, tapi respons atas laporan tersebut sangat lamban hingga terkesan membela salah satu oknum. Hingga menimbulkan anggapan kebalnya seseorang terhadap hukum.
Aksi massa bergulir di seluruh Indonesia dan memuncak pada Jum'at (4/11) lalu di Jakarta dengan judul Aksi Damai Bela Islam dan Bela Negara II. Jutaan massa memadati Masjid Istiqlal Jakarta untuk mendirikan Shalat Jum'at, kemudian melakukan long march menuju Istana Negara.
Di akhir aksi, kericuhan terjadi lantaran ulah provokator. Sebab sepanjang siang hingga Isya' peserta aksi berjalan tertib, teratur, damai, santun, dan bersimbah senyum serta semangat kebangsaan yang tinggi.
Setelah kericuhan itu, banyak pendapat berseliweran. Tarbawia merasa beruntung karena berada di lokasi sejak jam 9 pagi sampai jam 11 malam, setelah massa membubarkan diri, sebagian menuju Gedung DPR dan MPR Republik Indonesia.
Mengapa masih ada yang gagal paham dengan #AksiDamai411? Bahkan ada orang Islam yang bersuara sangat keras bahwa aksi damai itu merupakan makar untuk menggulingkan pemerintahan? Mengapa kebencian mereka amat mendalam hingga sukar sekali dijelaskan, bahkan setelah mendapatkan banyak bukti?
"Kedahsyatan energi Al-Qur'an tersebut hanya bisa dimengerti, dirasakan dan diperjuangkan oleh orang yang memang mengimani Al-Qur'an. Tentu sangat sulit untuk diterangkan kepada mereka yang tidak percaya kepada Al-Qur'an, berpikiran atheis, sekuler dan liberal. Karena mereka jangankan memahami energi Al-Qur'an, menerima Al-Qur'an pun belum tentu bisa. Sehingga perdebatan antara keimanan kepada Al-Qur'an dan ketidakpercayaan kepada Al-Qur'an hanya akan melahirkan advokasi bertele-tele dan berbagai macam rekayasa." tulis Kiyai Hasyim Muzadi pada poin ketiga dari sembilan poin sikap resminya terkait #AksiDamai411 yang diberi judul 'Kekuatan (Energi) Alquran dan Politisasi'. [Om Pir/Tarbawia]