Isu “Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) akan menghancurkan Candi Borobudur” menjadi topik hangat dalam dua hari ini. Isu itu meluas sete...
Isu “Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) akan menghancurkan Candi Borobudur” menjadi topik hangat dalam dua hari ini. Isu itu meluas setelah Tribunnews dan Yahoo menurunkan berita dengan judul “Rencana ISIS Menghancurkan Candi Borobudur Beredar di Media Sosial”, Jum’at (15/8/2014) dan Sindonews merilis dengan judul “ISIS Ingin Hancurkan Candi Borobudur”, Sabtu (16/8/2014).
Ketiga media tersebut itu mengambil berita dari sumber yang sama, yaitu sebuah laman Facebook “We Are All Islamic State”.
Benarkah ISIS akan menghancurkan candi Borobudur? Atau pertanyaan mendasarnya, benarkah laman Facebook “We Are All Islamic State” adalah laman milik ISIS? Setidaknya, ada tiga kejanggalan yang menimbulkan kecurigaan bahwa laman itu dibuat oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dengan mendompleng isu ISIS yang kini ramai diperbincangkan.
Keanehan pertama, fan page Facebook “We Are All Islamic State” baru dibuat pada Kamis, 14 Agustus 2014. Pada Jum’at, 15 Agustus 2014, fan page yang kini disukai 750 facebooker itu mengunggah status yang menyatakan Candi Borobudur akan dihancurkan oleh Mujahidin Khilafah Islamiyah. Anehnya, ia langsung diberitakan oleh Tribunnews dan Yahoo hari itu juga. Dan hari ini diberitakan oleh Sindonews.
Laman itu pun menjadi cepat populer setelah diberitakan ketiga media tersebut. Lebih dari 7000 facebooker menyebarkan berita “Rencana ISIS Menghancurkan Candi Borobudur Beredar di Media Sosial” di Tribunnews. Jadilah isu itu menyebar cepat di media sosial, termasuk juga Twitter dan Kaskus. Bahkan, ada pula informasi bahwa isu dari fan page itu telah masuk ke media cetak pagi tadi.
Mengapa laman Facebook yang baru berumur puluhan jam dijadikan sumber berita dan bagaimana media-media itu menemukannya dengan cepat? Mempertimbangkan kredibilitas sumber berita dan faktor lainnya, bukankah ini janggal?
Dalam status “Inshaa Allah, akan di hancurkan oleh Mujahidin Khilafah Islamiyah !!!” bergambar Candi Borobudur itu, fan page “We Are All Islamic State” menyertakan artikel yang dirilis oleh Arrahmah.com pada Jum’at (14/8/2014) pagi. Tidak tahukah admin fan page bahwa Arrahmah adalah media yang gencar menolak ISIS?
Artikel tentang haramnya patung yang disertakan fan page “We Are All Islamic State” dalam status tersebut adalah tulisan Hartono Ahmad Jaiz. Kendati terkenal sebagai salah seorang tokoh Salafi yang gencar menulis aliran sesat, Hartono Ahmad Jaiz bukanlah tokoh yang suka pendekatan kekerasan. Ia juga termasuk menolak kekerasan yang dipraktikkan oleh ISIS.
Isu ISIS terus digoreng dan terkesan dibesar-besarkan oleh sejumlah media dan pihak-pihak tertentu. Isu ISIS terbukti mampu mendominasi pemberitaan melebihi isu tentang kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel di Gaza dan isu kecurangan Pilpres. Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) TNI Djoko Santoso termasuk salah satu pihak yang mencurigai isu ISIS adalah bagian dari pengalihan isu.
Selain itu, isu ISIS juga dicurigai sebagai alat untuk mendiskreditkan Islam, terutama yang menghendaki penerapan Islam secara kaffah. Dengan gencarnya pemberitaan ISIS, Islam bisa diidentikkan dengan kekerasan dan simbol-simbol Islam bisa diidentikkan dengan terorisme. [Jundi Rahman/Beritapopuler.com]
Ketiga media tersebut itu mengambil berita dari sumber yang sama, yaitu sebuah laman Facebook “We Are All Islamic State”.
Benarkah ISIS akan menghancurkan candi Borobudur? Atau pertanyaan mendasarnya, benarkah laman Facebook “We Are All Islamic State” adalah laman milik ISIS? Setidaknya, ada tiga kejanggalan yang menimbulkan kecurigaan bahwa laman itu dibuat oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dengan mendompleng isu ISIS yang kini ramai diperbincangkan.
1. Fan page dibuat 14 Agustus
Keanehan pertama, fan page Facebook “We Are All Islamic State” baru dibuat pada Kamis, 14 Agustus 2014. Pada Jum’at, 15 Agustus 2014, fan page yang kini disukai 750 facebooker itu mengunggah status yang menyatakan Candi Borobudur akan dihancurkan oleh Mujahidin Khilafah Islamiyah. Anehnya, ia langsung diberitakan oleh Tribunnews dan Yahoo hari itu juga. Dan hari ini diberitakan oleh Sindonews.
Laman itu pun menjadi cepat populer setelah diberitakan ketiga media tersebut. Lebih dari 7000 facebooker menyebarkan berita “Rencana ISIS Menghancurkan Candi Borobudur Beredar di Media Sosial” di Tribunnews. Jadilah isu itu menyebar cepat di media sosial, termasuk juga Twitter dan Kaskus. Bahkan, ada pula informasi bahwa isu dari fan page itu telah masuk ke media cetak pagi tadi.
Mengapa laman Facebook yang baru berumur puluhan jam dijadikan sumber berita dan bagaimana media-media itu menemukannya dengan cepat? Mempertimbangkan kredibilitas sumber berita dan faktor lainnya, bukankah ini janggal?
2. Arrahmah menolak ISIS
Dalam status “Inshaa Allah, akan di hancurkan oleh Mujahidin Khilafah Islamiyah !!!” bergambar Candi Borobudur itu, fan page “We Are All Islamic State” menyertakan artikel yang dirilis oleh Arrahmah.com pada Jum’at (14/8/2014) pagi. Tidak tahukah admin fan page bahwa Arrahmah adalah media yang gencar menolak ISIS?
3. Mencatut Hartono Ahmad Jaiz
Artikel tentang haramnya patung yang disertakan fan page “We Are All Islamic State” dalam status tersebut adalah tulisan Hartono Ahmad Jaiz. Kendati terkenal sebagai salah seorang tokoh Salafi yang gencar menulis aliran sesat, Hartono Ahmad Jaiz bukanlah tokoh yang suka pendekatan kekerasan. Ia juga termasuk menolak kekerasan yang dipraktikkan oleh ISIS.
ISIS, pengalihan isu atau mendiskreditkan Islam?
Isu ISIS terus digoreng dan terkesan dibesar-besarkan oleh sejumlah media dan pihak-pihak tertentu. Isu ISIS terbukti mampu mendominasi pemberitaan melebihi isu tentang kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel di Gaza dan isu kecurangan Pilpres. Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) TNI Djoko Santoso termasuk salah satu pihak yang mencurigai isu ISIS adalah bagian dari pengalihan isu.
Selain itu, isu ISIS juga dicurigai sebagai alat untuk mendiskreditkan Islam, terutama yang menghendaki penerapan Islam secara kaffah. Dengan gencarnya pemberitaan ISIS, Islam bisa diidentikkan dengan kekerasan dan simbol-simbol Islam bisa diidentikkan dengan terorisme. [Jundi Rahman/Beritapopuler.com]