Malam ini adalah malam tahun baru hijriyah 1435. Sebagian umat Islam memberikan ucapan selamat tahun baru hijriyah dan doa kepada teman-t...
Malam ini adalah malam tahun baru hijriyah 1435. Sebagian umat Islam memberikan ucapan selamat tahun baru hijriyah dan doa kepada teman-temannya. Selain terlihat di media sosial, tidak sedikit yang mengirim ucapan melalui bbm, whatsapp, dan sms. Ada pula yang menyampaikannya secara langsung.
Bagaimana menjawabnya? Menurut Syaikh Abdul Aziz bin Baz, jika ada yang mendoakan selamat tahun baru hijiryah dengan “kullu ‘amin wa antum bi khair,” boleh dijawab singkat, “waiyakum”
Namun demikian, Syaikh bin Baz tidak memperbolehkan memulai mengucapkan selamat tahun baru hijriyah.
“Mengucapkan selamat tahun baru hijriyah tidak dilakukan ulama salaf,” kata Syaikh Abdul Aziz bin Baz seperti dikutip DR Abdul Ilah bin Husain Al ‘Arfaj dalam Konsep Bid’ah & Toleransi Fiqih, “Tidak juga ayat atau hadits yang menyebutkan kebolehannya. Tapi kalau ada orang yang mengucapkannya kepadamu, tidak apa-apa engkau membalasnya. Kalau ada yang mengucapkan, ‘Semoga engkau mendapatkan kebaikan setiap tahun,’ tidak apa-apa engkau membalasnya, ‘Semoga engkau pun demikian,’ ‘Semoga kita semua mendapatkan kebaikan dari Allah,’ atau ucapan lainnya. Jadi, diperbolehkan mengucapkannya sebagai balasan. Namun, jika engkau yang memulai ucapan tersebut, aku tidak memperbolehkannya.”
Senada dengan Syaikh bin Baz, Syaikh Utsaimin tidak memperbolehkan memulai ucapan selamat tahun baru hijriyah. Namun... “Jika ada orang mengucapkan ‘Kami ucapkan selamat tahun baru,’ maka katakanlah, ‘Semoga Allah memberimu keselamatan, menjadikan tahun ini penuh kebaikan dan keberkahan.’
Syaikh Abdullah bin Jabrain lebih ‘longgar’ lagi. Ia memperbolehkan mengucapkan selamat tahun baru hijriyah asalkan tidak menjadi kebiasaan.
Namun, ada pula ulama yang membid’ahkan ucapan selamat tahun baru hijriyah. Misalnya Syaikh Shalih Al Fauzan. “Hal itu adalah bid’ah, menyerupai kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen saat datangnya tahun baru masehi. Hal itu juga tidak dilakukan oleh ulama salaf. Para ulama salaf mengadakan kalender hijriyah hanyalah untuk mengatur hal-hal yang bersifat mu’amalah, bukan untuk dijadikan sebagai hari raya yang di dalamnya kita saling bertukar ucapan selamat. Ini tidak ada dasarnya sama sekali.”
DR Abdul Ilah bin Husain Al ‘Arfaj yang berpandangan luas terkait bid’ah, setelah mengemukakan perbedaan pendapat anatara ketiga Syaikh sebelumnya dengan Syaikh Al Fauzan yang sama-sama salafi kemudian mencoba mendudukkan persoalan mengucapkan selamat tahun baru hijriyah ini dengan pertanyaan kritis: Apakah mengucapkan selamat tahun baru hijriyah termasuk bab ibadah atau tidak? Apakah mengucapkan selamat tahun baru hijriyah bisa membuat kita menyerupai orang-orang Kristen? Apakah semua kebiasaan orang-orang kafir itu haram bagi umat Islam? Kalau iya, mengapa ada orang yang mengatakan bahwa hal-hal baru yang bersifat keduniaan tidak bisa dihukumi sebagai bid’ah? Bagaimana memanfaatkan hal-hal baru dari mereka untuk keagamaan kita seperti hp, internet dan satelit?
[Disarikan bersamadakwah dari Konsep Bid’ah & Toleransi Fiqih karya DR Abdul Ilah bin Husain Al ‘Arfaj]
Bagaimana menjawabnya? Menurut Syaikh Abdul Aziz bin Baz, jika ada yang mendoakan selamat tahun baru hijiryah dengan “kullu ‘amin wa antum bi khair,” boleh dijawab singkat, “waiyakum”
Namun demikian, Syaikh bin Baz tidak memperbolehkan memulai mengucapkan selamat tahun baru hijriyah.
“Mengucapkan selamat tahun baru hijriyah tidak dilakukan ulama salaf,” kata Syaikh Abdul Aziz bin Baz seperti dikutip DR Abdul Ilah bin Husain Al ‘Arfaj dalam Konsep Bid’ah & Toleransi Fiqih, “Tidak juga ayat atau hadits yang menyebutkan kebolehannya. Tapi kalau ada orang yang mengucapkannya kepadamu, tidak apa-apa engkau membalasnya. Kalau ada yang mengucapkan, ‘Semoga engkau mendapatkan kebaikan setiap tahun,’ tidak apa-apa engkau membalasnya, ‘Semoga engkau pun demikian,’ ‘Semoga kita semua mendapatkan kebaikan dari Allah,’ atau ucapan lainnya. Jadi, diperbolehkan mengucapkannya sebagai balasan. Namun, jika engkau yang memulai ucapan tersebut, aku tidak memperbolehkannya.”
Senada dengan Syaikh bin Baz, Syaikh Utsaimin tidak memperbolehkan memulai ucapan selamat tahun baru hijriyah. Namun... “Jika ada orang mengucapkan ‘Kami ucapkan selamat tahun baru,’ maka katakanlah, ‘Semoga Allah memberimu keselamatan, menjadikan tahun ini penuh kebaikan dan keberkahan.’
Syaikh Abdullah bin Jabrain lebih ‘longgar’ lagi. Ia memperbolehkan mengucapkan selamat tahun baru hijriyah asalkan tidak menjadi kebiasaan.
Namun, ada pula ulama yang membid’ahkan ucapan selamat tahun baru hijriyah. Misalnya Syaikh Shalih Al Fauzan. “Hal itu adalah bid’ah, menyerupai kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen saat datangnya tahun baru masehi. Hal itu juga tidak dilakukan oleh ulama salaf. Para ulama salaf mengadakan kalender hijriyah hanyalah untuk mengatur hal-hal yang bersifat mu’amalah, bukan untuk dijadikan sebagai hari raya yang di dalamnya kita saling bertukar ucapan selamat. Ini tidak ada dasarnya sama sekali.”
DR Abdul Ilah bin Husain Al ‘Arfaj yang berpandangan luas terkait bid’ah, setelah mengemukakan perbedaan pendapat anatara ketiga Syaikh sebelumnya dengan Syaikh Al Fauzan yang sama-sama salafi kemudian mencoba mendudukkan persoalan mengucapkan selamat tahun baru hijriyah ini dengan pertanyaan kritis: Apakah mengucapkan selamat tahun baru hijriyah termasuk bab ibadah atau tidak? Apakah mengucapkan selamat tahun baru hijriyah bisa membuat kita menyerupai orang-orang Kristen? Apakah semua kebiasaan orang-orang kafir itu haram bagi umat Islam? Kalau iya, mengapa ada orang yang mengatakan bahwa hal-hal baru yang bersifat keduniaan tidak bisa dihukumi sebagai bid’ah? Bagaimana memanfaatkan hal-hal baru dari mereka untuk keagamaan kita seperti hp, internet dan satelit?
[Disarikan bersamadakwah dari Konsep Bid’ah & Toleransi Fiqih karya DR Abdul Ilah bin Husain Al ‘Arfaj]