Di kala matahari mulai menyingsing, dengan memantapkan hati perjalananku meniti langkah menuju STAIN Salatiga bersama bapak, beliau pun adal...
Di kala matahari mulai menyingsing, dengan memantapkan hati perjalananku meniti langkah menuju STAIN Salatiga bersama bapak, beliau pun adalah sosok yang sangat luar biasa. Selalu berkorban apapun demi anak tercinta. “Emmm…mulai terasa, kesejukan udara di kota ini terselubung membelai jilbab tipisku” gumamku dalam hati. Ya, memang kala itu aku masih menjadi aku yang dulu, memakai jilbab tipis. Kontras dengan baju yang kukenakan, atasan putih dan rok hitam. Tetap melangkah, kutelusuri barisan kelas demi kelas menuju ruang akademik untuk registrasi. “Ah pakaian yang aku kenakan ini aneh nggak ya…” tanyaku dalam hati. Di hadapanku sana, ruang akademik sudah dipenuhi oleh kakak-kakak semester atas yang hendak registrasi. Di sanalah jejak perubahan pada diriku bermula, seakan sebuah wasilah, aku bertemu dengan salah satu kader KAMMI yang menawarkan sebuah penginapan OPAK.
Kesan pertama kali bertemu mereka yang kerapku sapa “mbak” dan “mas” itu membuatku terasa menemukan saudara dan tidak merasa sendirian lagi. Wanita-wanita muslimah yang kibaran jilbabnya menyejukkan pandangan mata itu menuntunku menuju penginapan. Diajaklah aku ke tempat penginapan KAMMI waktu itu. Lambat laun mantaplah hatiku yang kemudian memutuskan haluan untuk menetap di sini, di Wisma Safira namanya. Entah apa yang mendorongku untuk tetap tinggal di sini, keramahan penghuninya kah? sikap kekeluargaannya kah? Atau.. entahlah, yang pasti hatiku sudah mantap di sini.
Adzan subuh telah berkumandang terdengar sayup-sayup ditelingaku, “ah… masih pagi” gumamku sambil ku tarik slimut hangatku yang tersingkap. Tiba-tiba terdengar suara serentak yang membaca ayat-ayat Al-Qur’an, “tapi…sepertinya bukan Al Qur’an, ah aku tidak tahulah”, sembari memejamkan mata kembali. Rasa penasarankupun mulai tak terbendung. “Mbak tadi bakda subuh pada baca apa? Kok serentak bacanya?” pertanyaan polosku pun mulai terlontar. “Oh itu, itu namanya al ma’tsurot dek..”. Rasa penasaranku semakin bertambah “al ma’tsurot tu apa sich mbak?”. Mbak Sani pun dengan sabar menjawab, “Al ma’tsurot itu do’a-do’a pagi dan sore, yang diajarkan oleh Rosulullah Saw, kalau kita rutin membacanya insyaAllah…kita akan senantiasa dilindungi Allah dari segala mara bahaya di setiap hari-hari kita”. “oooo….begitu”. sambil mengaguk-anggukan kepala seolah sudah paham.
Subhanallah… ternyata tidak hanya itu, setiap jam 03.00 semua penghuni wisma sudah bangun untuk mendirikan solat tahajjud. Setelah terdengar adzan subuh kemudian berbondong-bondong menuju masjid untuk solat berjama’ah, setelah usai jama’ah mereka membentuk formasi melingkar untuk membaca Al-Ma’tsurot bersama. Lingkaran putih layaknya melati yang sedang merekah. Astaghfirullah… ternyata aku baru sadar selama ini selama bertahun-tahun hidup di dunia aku belum pernah melakukan ibadah seperti ini, jangankan tahajjud bangun subuh saja sangat jarang sekali.
“Dek besok ada penerimaan anggota baru KAMM, adek ikut ya?”. KAMMI? Sebenarnya KAMMI itu apa siy mbak?”. Dengan senyum cantiknya mbak Ulfa salah satu anggota KAMMI sekaligus murobiyahku pun menjawab rasa penasaranku. “KAMMI itu merupakan singkatan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, di mana di dalamnya akan memberikan banyak pengalaman, banyak ilmu dari kegiatan-kegiatan yang KAMMI selenggarakan. Tidak hanya itu di KAMMI adek akan menemuka arti hidup dalam kehidupan, bagaimana beramal jama’i, bagaimana memahami karakter orang lain, bagaimana menjadikan teman tidak hanya sebagai teman tapi juga saudara”. Masih dengan seksama aku mendengar penjelasan dari mbak Ulfa. “InsyaAllah tidak akan sia-sia kok dek bergabung di KAMMI”. “ooo…begitu ya mbak?” sambil mengangguk-angguk aku coba pahami penjelasan dari mbak Ulfa. “iya mbak insyaAllah” kujawab dengan agak berat karena aku belum mengenal apa itu KAMMI.
Akhirnya bersama dengan teman-teman yang lain tibalah di lokasi DM (Dauroh Marhalah) 1. Benar yang dikatakan mba Ulfa banyak sekali hal yang aku temukan di sini. Terlebih saat mengikuti Dauroh Marhalah 2 yang diadakan oleh KAMMI Daerah Semarang. Bertemu dengan teman-teman yang sangat luaaarrr biasa dari berbagai daerah. Training kepemimpinan yang melatih kekritisan, dinamis, analitis. Memanfaatkan waktu luang untuk tilawah, membaca buku atau untuk diskusi-diskusi yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan, pejuang disiang hari dan rahib dimalam hari itulah ciri khas dari kader KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang tertera dalam kredo gerakan KAMMI. Setiap sepertiga malam tahajjud secara berjama’ah, kemudian solat subuh berjama’ah dilanjutkan membentuk formasi lingkaran. KAMMI merah bak bunga haroki yang siap mengobarkan syiar Islam lewat lantunan ma’tsurot pagi dan sore.
Alhamdulillah…disinilah ku temukan kembali cahaya Rabb Sang Maha Cinta. Yang dahulunya aku hanyalah seorang muslim yang awam (umum), hanya sekedar tahu tentang kewajiban, kini alhamdulillah cahaya-Nya menunjukiku ke jalan yang lebih terang insyaAllah. “minadh dhulumaati ilannur” dari gelap menuju cahaya.[]
Penulis : Yeni Purnamasari
Salatiga
Kesan pertama kali bertemu mereka yang kerapku sapa “mbak” dan “mas” itu membuatku terasa menemukan saudara dan tidak merasa sendirian lagi. Wanita-wanita muslimah yang kibaran jilbabnya menyejukkan pandangan mata itu menuntunku menuju penginapan. Diajaklah aku ke tempat penginapan KAMMI waktu itu. Lambat laun mantaplah hatiku yang kemudian memutuskan haluan untuk menetap di sini, di Wisma Safira namanya. Entah apa yang mendorongku untuk tetap tinggal di sini, keramahan penghuninya kah? sikap kekeluargaannya kah? Atau.. entahlah, yang pasti hatiku sudah mantap di sini.
Adzan subuh telah berkumandang terdengar sayup-sayup ditelingaku, “ah… masih pagi” gumamku sambil ku tarik slimut hangatku yang tersingkap. Tiba-tiba terdengar suara serentak yang membaca ayat-ayat Al-Qur’an, “tapi…sepertinya bukan Al Qur’an, ah aku tidak tahulah”, sembari memejamkan mata kembali. Rasa penasarankupun mulai tak terbendung. “Mbak tadi bakda subuh pada baca apa? Kok serentak bacanya?” pertanyaan polosku pun mulai terlontar. “Oh itu, itu namanya al ma’tsurot dek..”. Rasa penasaranku semakin bertambah “al ma’tsurot tu apa sich mbak?”. Mbak Sani pun dengan sabar menjawab, “Al ma’tsurot itu do’a-do’a pagi dan sore, yang diajarkan oleh Rosulullah Saw, kalau kita rutin membacanya insyaAllah…kita akan senantiasa dilindungi Allah dari segala mara bahaya di setiap hari-hari kita”. “oooo….begitu”. sambil mengaguk-anggukan kepala seolah sudah paham.
Subhanallah… ternyata tidak hanya itu, setiap jam 03.00 semua penghuni wisma sudah bangun untuk mendirikan solat tahajjud. Setelah terdengar adzan subuh kemudian berbondong-bondong menuju masjid untuk solat berjama’ah, setelah usai jama’ah mereka membentuk formasi melingkar untuk membaca Al-Ma’tsurot bersama. Lingkaran putih layaknya melati yang sedang merekah. Astaghfirullah… ternyata aku baru sadar selama ini selama bertahun-tahun hidup di dunia aku belum pernah melakukan ibadah seperti ini, jangankan tahajjud bangun subuh saja sangat jarang sekali.
“Dek besok ada penerimaan anggota baru KAMM, adek ikut ya?”. KAMMI? Sebenarnya KAMMI itu apa siy mbak?”. Dengan senyum cantiknya mbak Ulfa salah satu anggota KAMMI sekaligus murobiyahku pun menjawab rasa penasaranku. “KAMMI itu merupakan singkatan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, di mana di dalamnya akan memberikan banyak pengalaman, banyak ilmu dari kegiatan-kegiatan yang KAMMI selenggarakan. Tidak hanya itu di KAMMI adek akan menemuka arti hidup dalam kehidupan, bagaimana beramal jama’i, bagaimana memahami karakter orang lain, bagaimana menjadikan teman tidak hanya sebagai teman tapi juga saudara”. Masih dengan seksama aku mendengar penjelasan dari mbak Ulfa. “InsyaAllah tidak akan sia-sia kok dek bergabung di KAMMI”. “ooo…begitu ya mbak?” sambil mengangguk-angguk aku coba pahami penjelasan dari mbak Ulfa. “iya mbak insyaAllah” kujawab dengan agak berat karena aku belum mengenal apa itu KAMMI.
Akhirnya bersama dengan teman-teman yang lain tibalah di lokasi DM (Dauroh Marhalah) 1. Benar yang dikatakan mba Ulfa banyak sekali hal yang aku temukan di sini. Terlebih saat mengikuti Dauroh Marhalah 2 yang diadakan oleh KAMMI Daerah Semarang. Bertemu dengan teman-teman yang sangat luaaarrr biasa dari berbagai daerah. Training kepemimpinan yang melatih kekritisan, dinamis, analitis. Memanfaatkan waktu luang untuk tilawah, membaca buku atau untuk diskusi-diskusi yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan, pejuang disiang hari dan rahib dimalam hari itulah ciri khas dari kader KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang tertera dalam kredo gerakan KAMMI. Setiap sepertiga malam tahajjud secara berjama’ah, kemudian solat subuh berjama’ah dilanjutkan membentuk formasi lingkaran. KAMMI merah bak bunga haroki yang siap mengobarkan syiar Islam lewat lantunan ma’tsurot pagi dan sore.
Alhamdulillah…disinilah ku temukan kembali cahaya Rabb Sang Maha Cinta. Yang dahulunya aku hanyalah seorang muslim yang awam (umum), hanya sekedar tahu tentang kewajiban, kini alhamdulillah cahaya-Nya menunjukiku ke jalan yang lebih terang insyaAllah. “minadh dhulumaati ilannur” dari gelap menuju cahaya.[]
Penulis : Yeni Purnamasari
Salatiga
Tulisan ini adalah salah satu peserta
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)