Cerita ini bermula ketika menjadi mahasiswa di sebuah universitas negri di Pekanbaru. Menjadi mahasiswa adalah kebanggaan yang mendalam b...
Cerita ini bermula ketika menjadi mahasiswa di sebuah universitas negri di Pekanbaru. Menjadi mahasiswa adalah kebanggaan yang mendalam bagi si anak desa yang dulu hanya bisa bermimpi untuk kuliah ke kota. Berjiwa sombong, bermuka masam itulah julukan teman-teman kepadaku dan gaya nakal anak desa yang kubawa dan menjadi ciri khasku tapi kini kuhidup ditengah kota tanpa sanak saudara, hal ini menjadi perjuangan yang luar biasa bagiku.
Tibalah hari pertamaku ke kampus dan menjadi peristiwa yang sangat romantis tak terlupa, peristiwa yang lebih romantis dibanding berjumpa dengan pacar ataupun wanita idaman. Berjumpa dengan sosok pria dimasjid kampus ketika ingin melaksanakan shalat zuhur.
Sosok yang begitu baik , tiba-tiba mengajakku berkenalan dan cium pipi kanan dan pipi kiri sungguh terasa nyaman sekali di hati ini. Tanda tanya besar di dalam hatiku, masih ada hari ini orang seperti ini di kota besar . Ada sosok manusia ramah, baik, murah senyum serta yang sangat kukagumi. Di tas usangnya ia yang selalu membawa Al Qur’an, sungguh berbeda dengan kehidupan pemuda kota yang kubayangkan selama ini.
Bermula dari bertanya nama hingga meminta nomor handphoneku sungguh tiada keberatan untuk memberikan semua itu. Inilah permulaan komunikasi yang tiada hentinya setiap hari sms darinya selalu kuterima dengan penuh cinta sms yang menggugah hati, bait kata-katanya penuh semangat menggugah, tiap kalimat smsnya mengingatkanku akan kebesaran sang Pencipta dan sms penanya kabar. Sungguh perhatiannya melebihi orang tuaku
3 bulan berjalan menjadi mahasiswa sungguh indah punya kakanda baru yang hari ini seminggu saja tidak berjumpa dengannya sungguh ku sangat rindu dan alhamdulillah kini aku mengaji dengan dia dalam bentuk lingkaran yang diberinya nama lingkaran cinta, tempatku belajar ukhuwah islamiah yang sungguh manis rasanya.
Suatu lingkaran yang mengenalkanku tentang Islam, lingkaran yang mengajarkanku untuk bangga menjadi muslim, lingkaran yang bicaranya dari hati kehati sungguh lingkaran yang menjadi kerinduanku.
Cebisan Kenangan
ukhwah yang terbina persis sekuntum bunga
meski pun kini kita terpisah demi kasih-Nya
namun cebisan kenangan kita
sentiasa bermain di bayangan mata
detik waktu yg berlalu
menjadi memori kau dan aku
sewaktu kita bersama saling setia menimba ilmu
tanpa mengenal arti penat jemu
igatkah kau lagi
kita bersama memijak onak duri
ditanah gersang mengutip semangat suci
kini segalanya tersurat dalam sanubari
bersabarlah dengan ketetentuan-Nya
ada rahmat yg tersembunyi
bertemu berpisah karena Allah
lumrah kehidupan insan beriman
moga saat nan indah
ku harap berulang lagi
Penulis : Sirajuddin
Pekanbaru
Tibalah hari pertamaku ke kampus dan menjadi peristiwa yang sangat romantis tak terlupa, peristiwa yang lebih romantis dibanding berjumpa dengan pacar ataupun wanita idaman. Berjumpa dengan sosok pria dimasjid kampus ketika ingin melaksanakan shalat zuhur.
Sosok yang begitu baik , tiba-tiba mengajakku berkenalan dan cium pipi kanan dan pipi kiri sungguh terasa nyaman sekali di hati ini. Tanda tanya besar di dalam hatiku, masih ada hari ini orang seperti ini di kota besar . Ada sosok manusia ramah, baik, murah senyum serta yang sangat kukagumi. Di tas usangnya ia yang selalu membawa Al Qur’an, sungguh berbeda dengan kehidupan pemuda kota yang kubayangkan selama ini.
Bermula dari bertanya nama hingga meminta nomor handphoneku sungguh tiada keberatan untuk memberikan semua itu. Inilah permulaan komunikasi yang tiada hentinya setiap hari sms darinya selalu kuterima dengan penuh cinta sms yang menggugah hati, bait kata-katanya penuh semangat menggugah, tiap kalimat smsnya mengingatkanku akan kebesaran sang Pencipta dan sms penanya kabar. Sungguh perhatiannya melebihi orang tuaku
3 bulan berjalan menjadi mahasiswa sungguh indah punya kakanda baru yang hari ini seminggu saja tidak berjumpa dengannya sungguh ku sangat rindu dan alhamdulillah kini aku mengaji dengan dia dalam bentuk lingkaran yang diberinya nama lingkaran cinta, tempatku belajar ukhuwah islamiah yang sungguh manis rasanya.
Suatu lingkaran yang mengenalkanku tentang Islam, lingkaran yang mengajarkanku untuk bangga menjadi muslim, lingkaran yang bicaranya dari hati kehati sungguh lingkaran yang menjadi kerinduanku.
Cebisan Kenangan
ukhwah yang terbina persis sekuntum bunga
meski pun kini kita terpisah demi kasih-Nya
namun cebisan kenangan kita
sentiasa bermain di bayangan mata
detik waktu yg berlalu
menjadi memori kau dan aku
sewaktu kita bersama saling setia menimba ilmu
tanpa mengenal arti penat jemu
igatkah kau lagi
kita bersama memijak onak duri
ditanah gersang mengutip semangat suci
kini segalanya tersurat dalam sanubari
bersabarlah dengan ketetentuan-Nya
ada rahmat yg tersembunyi
bertemu berpisah karena Allah
lumrah kehidupan insan beriman
moga saat nan indah
ku harap berulang lagi
Penulis : Sirajuddin
Pekanbaru
Tulisan ini adalah salah satu peserta
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)