Sahabat, percayakah kalian jika asa dan cita yang terbetik dalam hati ini seringkali terwujud atas izin-Nya dan terkadang membuat kita tak...
Sahabat, percayakah kalian jika asa dan cita yang terbetik dalam hati ini seringkali terwujud atas izin-Nya dan terkadang membuat kita tak percaya. Apa yang kita inginkan, yang kita sendiri ragu dapatkah ia terwujud, hingga kita melupakan harapan itu, terlontar jauh bertumpuk dengan segala aktivitas. Lalu, seakan tiba-tiba, Allah hamparkan di hadapan kita tanpa disangka waktu dan tempatnya.
Ingin kubagi kisahku kawan, tentang keajaiban kecil bukti sayang Allah pada hamba-Nya yang kini menjadi keajaiban luar biasa dalam hidupku. Ketika marak isu teroris menyeruak, kala seorang pelajar mengikuti organisasi Islam dan dicurigai. Kala itu.. aku menjadi bagian di dalamnya.
Betapa ingin diri memakai baju kehormatan wanita yang tak menampakkan lekuk-lekuk tubuh, tak menerawang, bahkan Allah begitu memuliakan karena mereka begitu santun menutup auratnya dengan mengenakan gamis (jubah) yang kala itu dipandang fanatik. Termasuk, di mata keluargaku. Sebegitu tak sukanya hingga papiku hampir bunuh diri jika aku tak menuruti kemauannya, hingga mami terserang jantung mendadak karna mengetahui betapa inginnya diri mengenakannya. Padahal, sudah sehalus mungkin diri merayu, menjelaskan, berargumen, bahkan merajuk, tapi tak berarti.
Kupilih mengalah. Bukan karena kalah. Kupilih berjalan perlahan bukan mundur selangkah. Roda dakwah harus terus berjalan dan asa itu tetap ada, tetap membara, kuat dalam jiwa :
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ ِلأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيبِهِنَّ
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. (QS al-Ahzab : 59).
Pernah dalam suatu pengajian yang diri fahami tentang ayat ini terutama kata jalaabiib yang terdapat dalam ayat tersebut adalah jamak dari jilbab. Menurut kamus al-Muhith, secara bahasa, jilbab adalah sejenis mantel atau baju yang serupa dengan mantel. Sedangkan secara istilah, para ulama tafsir mendefinisikannya sebagai berikut:
1. Kain penutup atau baju luar/mantel yang menutupi seluruh tubuh wanita. (Tafsir Ibnu Abbas, hlm, 137).
2. Baju panjang (mulaa’ah) yang meliputi seluruh tubuh wanita. (Imam an-Nawawi, dalam Tafsir Jalalain, hlm. 307).
3. Baju luas yang menutupi seluruh kecantikan dan perhiasan wanita. (Ali ash-Shabuni, Shafwah at-Tafaasir, jld. 2, hlm. 494)
4. Pakaian seperti terowongan (baju panjang yang lurus sampai ke bawah) selain kerudung. (Tafsir Ibnu Katsir). Intinya, Allah memerintahkan kepada Nabi agar menyeru istri-istrinya, anak-anak wanitanya, dan wanita-wanita Mukmin secara umum—jika mereka keluar rumah untuk memenuhi hajatnya—untuk menutupi seluruh badannya, kepalanya, dan juga juyûb mereka, yaitu untuk menutupi dada-dada mereka.
5. Pakaian yang lebih besar dari khimar (kerudung). Ibnu Abbas dan Ibn Mas‘ud meriwayatkan, bahwa jilbab adalah ar-rada’u, yaitu terowongan (pakaian yang lurus tanpa potongan yang menutupi seluruh badan). (Tafsir al-Qurthubi).
Keinginan memakai gamis itu baru hanya menjadi asa yang tersimpan. “Allah.. kapan hamba bisa.. sungguh tak mungkin, apakah jika papi mami tiada? Astaghfirullah..” Langsung kutepis fikiran itu. Kujalani hari, liku hidup dakwah ini dengan tetap berusaha menjalankan ayat itu walau ada sedikit ganjalan. Walau kerudung lebar, memakai rok, dan baju tak terlihat lekuk, tapi diri tetap ingin mengenakan yang lebih syar'i menurut yang diri yakini.
Dan, tahukah kau kawan.. siang itu kala hiruk pikuk pasar dan pengapnya ruangan yang penuh dengan gamis, kerudung, baju-baju. Menemani sang mami dengan keahlian beliau menawar harga. Sejurus kemudian, sebuah gamis indah memarkirkan bola mataku padanya dan pikiranku menerawang. Kini beliaulah –mamiku yang dulu pernah terkena serangan jantung mendadak karena inginnya diri mengenakan gamis– yang justru paling hobi membelikanku gamis-gamis cantik. Jika beliau temukan satu yang indah, untukkulah pastinya :)
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Memoar terpendar kala itu dan sederet ayat-ayat Tuhan dan kedahsyatannya ada di benak ini. Kun fayakun!
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia." (QS. Al Baqarah:117)
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", maka jadilah ia". (QS. An Nahl : 40)
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:"Jadilah!" maka terjadilah ia" (QS. Yaasiin : 82)
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. -Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An'am : 73)
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia" (QS. Al Mu'min : 68)
Asa bertahun-tahun lalu yang sempat menjadi debu, Dia bentangkan di hadapanku. Mematahkan segala kepongahanku tentang-Nya ,Yang Maha Agung. Kini, alhamdulillah, beribu syukur terurai, gamis cantik itu senantiasa menemaniku tanpa harus kawatir akan dibuang atau bahkan dibakar. Ia kini jadi pelengkap kepercayaan diriku untuk menggerakkan roda dakwah ini. Bukankah seorang muslimah begitu luar biasa dengan pakaiannya yang hanya dengan itu saja bisa dijadikan sebagai alat dakwah.. apalagi jika bukan hanya cantik gamisnya tapi juga akhlaknya.
Bukan begitu kawan? Untuk itu.. Semangka! (Semangat, Kawan!) Semangat kau rajut asa-mu dan harap yang benar-benar kau tancapkan di hati bahwa Tuhanmu tahu bahkan lebih tahu dan Maha Tahu kapan asa-mu itu Dia hujankan deras untukmu –likes a puzzle– di saat yang tepat. [Gresia Divi]
Ingin kubagi kisahku kawan, tentang keajaiban kecil bukti sayang Allah pada hamba-Nya yang kini menjadi keajaiban luar biasa dalam hidupku. Ketika marak isu teroris menyeruak, kala seorang pelajar mengikuti organisasi Islam dan dicurigai. Kala itu.. aku menjadi bagian di dalamnya.
Betapa ingin diri memakai baju kehormatan wanita yang tak menampakkan lekuk-lekuk tubuh, tak menerawang, bahkan Allah begitu memuliakan karena mereka begitu santun menutup auratnya dengan mengenakan gamis (jubah) yang kala itu dipandang fanatik. Termasuk, di mata keluargaku. Sebegitu tak sukanya hingga papiku hampir bunuh diri jika aku tak menuruti kemauannya, hingga mami terserang jantung mendadak karna mengetahui betapa inginnya diri mengenakannya. Padahal, sudah sehalus mungkin diri merayu, menjelaskan, berargumen, bahkan merajuk, tapi tak berarti.
Kupilih mengalah. Bukan karena kalah. Kupilih berjalan perlahan bukan mundur selangkah. Roda dakwah harus terus berjalan dan asa itu tetap ada, tetap membara, kuat dalam jiwa :
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ ِلأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيبِهِنَّ
Pernah dalam suatu pengajian yang diri fahami tentang ayat ini terutama kata jalaabiib yang terdapat dalam ayat tersebut adalah jamak dari jilbab. Menurut kamus al-Muhith, secara bahasa, jilbab adalah sejenis mantel atau baju yang serupa dengan mantel. Sedangkan secara istilah, para ulama tafsir mendefinisikannya sebagai berikut:
1. Kain penutup atau baju luar/mantel yang menutupi seluruh tubuh wanita. (Tafsir Ibnu Abbas, hlm, 137).
2. Baju panjang (mulaa’ah) yang meliputi seluruh tubuh wanita. (Imam an-Nawawi, dalam Tafsir Jalalain, hlm. 307).
3. Baju luas yang menutupi seluruh kecantikan dan perhiasan wanita. (Ali ash-Shabuni, Shafwah at-Tafaasir, jld. 2, hlm. 494)
4. Pakaian seperti terowongan (baju panjang yang lurus sampai ke bawah) selain kerudung. (Tafsir Ibnu Katsir). Intinya, Allah memerintahkan kepada Nabi agar menyeru istri-istrinya, anak-anak wanitanya, dan wanita-wanita Mukmin secara umum—jika mereka keluar rumah untuk memenuhi hajatnya—untuk menutupi seluruh badannya, kepalanya, dan juga juyûb mereka, yaitu untuk menutupi dada-dada mereka.
5. Pakaian yang lebih besar dari khimar (kerudung). Ibnu Abbas dan Ibn Mas‘ud meriwayatkan, bahwa jilbab adalah ar-rada’u, yaitu terowongan (pakaian yang lurus tanpa potongan yang menutupi seluruh badan). (Tafsir al-Qurthubi).
Keinginan memakai gamis itu baru hanya menjadi asa yang tersimpan. “Allah.. kapan hamba bisa.. sungguh tak mungkin, apakah jika papi mami tiada? Astaghfirullah..” Langsung kutepis fikiran itu. Kujalani hari, liku hidup dakwah ini dengan tetap berusaha menjalankan ayat itu walau ada sedikit ganjalan. Walau kerudung lebar, memakai rok, dan baju tak terlihat lekuk, tapi diri tetap ingin mengenakan yang lebih syar'i menurut yang diri yakini.
Dan, tahukah kau kawan.. siang itu kala hiruk pikuk pasar dan pengapnya ruangan yang penuh dengan gamis, kerudung, baju-baju. Menemani sang mami dengan keahlian beliau menawar harga. Sejurus kemudian, sebuah gamis indah memarkirkan bola mataku padanya dan pikiranku menerawang. Kini beliaulah –mamiku yang dulu pernah terkena serangan jantung mendadak karena inginnya diri mengenakan gamis– yang justru paling hobi membelikanku gamis-gamis cantik. Jika beliau temukan satu yang indah, untukkulah pastinya :)
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Memoar terpendar kala itu dan sederet ayat-ayat Tuhan dan kedahsyatannya ada di benak ini. Kun fayakun!
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia." (QS. Al Baqarah:117)
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", maka jadilah ia". (QS. An Nahl : 40)
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:"Jadilah!" maka terjadilah ia" (QS. Yaasiin : 82)
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. -Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An'am : 73)
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia" (QS. Al Mu'min : 68)
Asa bertahun-tahun lalu yang sempat menjadi debu, Dia bentangkan di hadapanku. Mematahkan segala kepongahanku tentang-Nya ,Yang Maha Agung. Kini, alhamdulillah, beribu syukur terurai, gamis cantik itu senantiasa menemaniku tanpa harus kawatir akan dibuang atau bahkan dibakar. Ia kini jadi pelengkap kepercayaan diriku untuk menggerakkan roda dakwah ini. Bukankah seorang muslimah begitu luar biasa dengan pakaiannya yang hanya dengan itu saja bisa dijadikan sebagai alat dakwah.. apalagi jika bukan hanya cantik gamisnya tapi juga akhlaknya.
Bukan begitu kawan? Untuk itu.. Semangka! (Semangat, Kawan!) Semangat kau rajut asa-mu dan harap yang benar-benar kau tancapkan di hati bahwa Tuhanmu tahu bahkan lebih tahu dan Maha Tahu kapan asa-mu itu Dia hujankan deras untukmu –likes a puzzle– di saat yang tepat. [Gresia Divi]