Kisah nyata heroik ini bukan saja menginspirasi Muslim Palestina untuk berani melawan Israel, tetapi juga membuat Agen Dinas Intelijen Isra...
Kisah nyata heroik ini bukan saja menginspirasi Muslim Palestina untuk berani melawan Israel, tetapi juga membuat Agen Dinas Intelijen Israel menanggung malu.
Kejadiannya bermula dari rencana jahat Israel untuk membunuh Kepala Biro Politik Hamas Khalid Misy’al yang tinggal di Amman, Yordania. Hari itu, tanggal 15 September 1997. Menggunakan sebuah mobil, Misy’al keluar dari sebuah acara. Misy’al hanya memiliki dua pengawal. Pengawal pertama bersamanya dalam satu mobil. Sedangkan pengawal kedua, Abu Saif, mengikuti Misy’al dengan mobil yang lain.
Misy’al sebenarnya merasa ada yang tidak beres dalam perjalanannya. Seperti ada yang membuntuti. Biasanya, jika ada hal yang mencurigakan seperti itu, Misy’al memberitahu Abu Saif. Namun, kali ini tidak.
Ternyata firasat Misy’al benar. Di jalanan yang sepi, mobil yang dari tadi membuntuti tiba-tiba menyalip dan berhenti di depannya. Dua orang keluar dan menyerang Misy’al. Yang satu tinggi besar berwajah Arab dan satunya agak kecil berwajah Yahudi. Misy’al dijatuhkan, ditelungkupkan. Lelaki yang tinggi besar memasukkan sesuatu ke belakang kepala Misy’al, yang ternyata adalah racun. Sedangkan lelaki yang satunya melumpuhkan pengawal pertama Misy’al.
Melihat sesuatu terjadi pada qiyadahnya, Abu Saif mempercepat laju mobil. Sesampainya di TKP Abu Saif segera menyerang dua lelaki yang ternyata adalah agen Mossad.
“Saya berlari dan menyerang kedua intel Mossad itu. Saat saya serang kakinya, intel yang besar lompat. Saat lompat itu saya tendang kakinya kemudian dia jatuh tersungkur dengan wajahnya. Namun keduanya bisa kabur,” kata Abu Saif kepada Tim Hidayatullah dan Sahabat Al Aqsha ketika berkunjung ke Gaza.
Misy’al masih sadar dan segera dibawa ke kantor Hamas di Amman. Rupanya racun dari agen Mossad baru akan bekerja ketika korbannya sedang tidur, menyerang pernafasan. Sehingga korbannya bisa terlihat mati secara wajar karena sesak nafas.
Sebuah mobil dengan sigap menjemput dua agen Mossad yang lari itu. Abu Saif lari mengejarnya, tetapi mobil itu segera pergi.
“Kuhafalkan saja plat nomor mobilnya,” lanjut Abu Saif yang kemudian bergegas ke mobil. Ia sengaja mengambil jarak yang cukup jauh dari mobil agen Mossad. Trik itu berhasil. Agaknya mereka mengira misinya telah berhasil. Mereka pun turun dari mobil menuju pertokoan. Sedangkan si sopir melanjutkan ke arah kantor Kedubes Israel di Amman.
“Saya sudah membawa batu. Kemudian saya dekati yang dua orang tadi dari jarak 100 meter hingga jarak 40 meter. Tapi mereka melihat dan mengenali saya kemudian kami kejar-kejaran. Pada jarak 20 meteran, saya lempar batu itu mengenai si badan besar. Segera saya rengut kerah baju si besar itu sampai dia tidak bisa nafas. Ketika saya mengusai si besar, yang badan kecil memukul kepala saya hingga berdarah. Pandangan saya seperti gelap,” tambah Abu Saif.
Meskipun terluka dan penglihatannya menjadi gelap, Abu Saif berhasil menghantam rahang si besar hingga tumbang. Agen Mossad satunya berusaha menyerang Abu Saif, tetapi ia menggunakan badan si besar sebagai tameng. Pada satu kesempatan, Abu Saif menyerang balik dan menjatuhkannya. Dalam kondisi hampir tidak sadarkan diri, Abu Saif menimpa tubuh agen Mossad itu dan terus memukulinya hingga orang-orang melerainya.
Kondisi jalan di tempat itu memang ramai, banyak orang. Diantara sekelompok orang yang dating melerai, kebetulan ada seorang polisi Palestina.
“Ini urusan politik,” kata Abu Saif kepada orang-orang yang telah berkerumun. Bahkan beberapa orang ikut memukuli agen Mossad itu.
Polisi membantu mengurus si besar. Sedangkan Abu Saif membekuk si kecil. Keduanya dibawa ke kantor Hamas. Di tengah jalan, Abu Saif memaki-maki kedua agen Mossad itu. Mereka berusaha membantah bahwa mereka bukan agen.
Ketika Hamas menyiarkan peristiwa itu ke Agence France Press (AFP), pihak intelijen Yordania awalnya menyangkal berita. Namun, akhirnya mereka mengakui bahwa yang tertangkap adalah agen Mossad. Misy’al pun mendapatkan perawatan khusus atas intruksi langsung dari Raja Husein. Dibantu alat pernafasan, Misy’al masih tidak sadarkan diri hingga 48 jam.
Israel menanggung Malu. Misi pembunuhan gagal, malah dua agennya tertangkap. Netanyahu yang ingin operasi itu berlangsung senyap tanpa ledakan peluru akhirnya terpaksa mengirim penawar setelah dipaksa oleh Raja Husein.
Selain ditebus dengan penawar, dua agen itu dikembalikan ke Israel dengan syarat Negara Zionis itu mau membebaskan Syaikh Ahmad Yasin yang saat itu dipenjara.
Demikianlah kisah nyata Pengawal Misy’al Membekuk Dua Agen Mossad, membuktikan bahwa Mossad tidak sehebat mitos yang berkembang selama ini. [IK/Hdy]
Kejadiannya bermula dari rencana jahat Israel untuk membunuh Kepala Biro Politik Hamas Khalid Misy’al yang tinggal di Amman, Yordania. Hari itu, tanggal 15 September 1997. Menggunakan sebuah mobil, Misy’al keluar dari sebuah acara. Misy’al hanya memiliki dua pengawal. Pengawal pertama bersamanya dalam satu mobil. Sedangkan pengawal kedua, Abu Saif, mengikuti Misy’al dengan mobil yang lain.
Misy’al sebenarnya merasa ada yang tidak beres dalam perjalanannya. Seperti ada yang membuntuti. Biasanya, jika ada hal yang mencurigakan seperti itu, Misy’al memberitahu Abu Saif. Namun, kali ini tidak.
Ternyata firasat Misy’al benar. Di jalanan yang sepi, mobil yang dari tadi membuntuti tiba-tiba menyalip dan berhenti di depannya. Dua orang keluar dan menyerang Misy’al. Yang satu tinggi besar berwajah Arab dan satunya agak kecil berwajah Yahudi. Misy’al dijatuhkan, ditelungkupkan. Lelaki yang tinggi besar memasukkan sesuatu ke belakang kepala Misy’al, yang ternyata adalah racun. Sedangkan lelaki yang satunya melumpuhkan pengawal pertama Misy’al.
Melihat sesuatu terjadi pada qiyadahnya, Abu Saif mempercepat laju mobil. Sesampainya di TKP Abu Saif segera menyerang dua lelaki yang ternyata adalah agen Mossad.
“Saya berlari dan menyerang kedua intel Mossad itu. Saat saya serang kakinya, intel yang besar lompat. Saat lompat itu saya tendang kakinya kemudian dia jatuh tersungkur dengan wajahnya. Namun keduanya bisa kabur,” kata Abu Saif kepada Tim Hidayatullah dan Sahabat Al Aqsha ketika berkunjung ke Gaza.
Misy’al masih sadar dan segera dibawa ke kantor Hamas di Amman. Rupanya racun dari agen Mossad baru akan bekerja ketika korbannya sedang tidur, menyerang pernafasan. Sehingga korbannya bisa terlihat mati secara wajar karena sesak nafas.
Sebuah mobil dengan sigap menjemput dua agen Mossad yang lari itu. Abu Saif lari mengejarnya, tetapi mobil itu segera pergi.
“Kuhafalkan saja plat nomor mobilnya,” lanjut Abu Saif yang kemudian bergegas ke mobil. Ia sengaja mengambil jarak yang cukup jauh dari mobil agen Mossad. Trik itu berhasil. Agaknya mereka mengira misinya telah berhasil. Mereka pun turun dari mobil menuju pertokoan. Sedangkan si sopir melanjutkan ke arah kantor Kedubes Israel di Amman.
“Saya sudah membawa batu. Kemudian saya dekati yang dua orang tadi dari jarak 100 meter hingga jarak 40 meter. Tapi mereka melihat dan mengenali saya kemudian kami kejar-kejaran. Pada jarak 20 meteran, saya lempar batu itu mengenai si badan besar. Segera saya rengut kerah baju si besar itu sampai dia tidak bisa nafas. Ketika saya mengusai si besar, yang badan kecil memukul kepala saya hingga berdarah. Pandangan saya seperti gelap,” tambah Abu Saif.
Meskipun terluka dan penglihatannya menjadi gelap, Abu Saif berhasil menghantam rahang si besar hingga tumbang. Agen Mossad satunya berusaha menyerang Abu Saif, tetapi ia menggunakan badan si besar sebagai tameng. Pada satu kesempatan, Abu Saif menyerang balik dan menjatuhkannya. Dalam kondisi hampir tidak sadarkan diri, Abu Saif menimpa tubuh agen Mossad itu dan terus memukulinya hingga orang-orang melerainya.
Kondisi jalan di tempat itu memang ramai, banyak orang. Diantara sekelompok orang yang dating melerai, kebetulan ada seorang polisi Palestina.
“Ini urusan politik,” kata Abu Saif kepada orang-orang yang telah berkerumun. Bahkan beberapa orang ikut memukuli agen Mossad itu.
Polisi membantu mengurus si besar. Sedangkan Abu Saif membekuk si kecil. Keduanya dibawa ke kantor Hamas. Di tengah jalan, Abu Saif memaki-maki kedua agen Mossad itu. Mereka berusaha membantah bahwa mereka bukan agen.
Ketika Hamas menyiarkan peristiwa itu ke Agence France Press (AFP), pihak intelijen Yordania awalnya menyangkal berita. Namun, akhirnya mereka mengakui bahwa yang tertangkap adalah agen Mossad. Misy’al pun mendapatkan perawatan khusus atas intruksi langsung dari Raja Husein. Dibantu alat pernafasan, Misy’al masih tidak sadarkan diri hingga 48 jam.
Israel menanggung Malu. Misi pembunuhan gagal, malah dua agennya tertangkap. Netanyahu yang ingin operasi itu berlangsung senyap tanpa ledakan peluru akhirnya terpaksa mengirim penawar setelah dipaksa oleh Raja Husein.
Selain ditebus dengan penawar, dua agen itu dikembalikan ke Israel dengan syarat Negara Zionis itu mau membebaskan Syaikh Ahmad Yasin yang saat itu dipenjara.
Demikianlah kisah nyata Pengawal Misy’al Membekuk Dua Agen Mossad, membuktikan bahwa Mossad tidak sehebat mitos yang berkembang selama ini. [IK/Hdy]