Sebuah kenyataan tak terbantahkan bahwa hidup adalah sebuah perjalanan yang memiliki tujuan akhir. Kita dihadirkan di dunia untuk menjadi m...
Sebuah kenyataan tak terbantahkan bahwa hidup adalah sebuah perjalanan yang memiliki tujuan akhir. Kita dihadirkan di dunia untuk menjadi musafir-musafir yang akan mengharungi perjananan sesuai limit usia yang Allah berikan. Kita tak pernah tahu kapan limit usia itu berakhir. Namun yang pasti usia kehidupan pasti memiliki limitnya.
Sungguh beruntung orang yang bertaqwa. Mereka jalani kehidupan ini dengan komitmen yang sempurna dalam menjalani perintah Allah dan kemauan yang keras dalam menjauhi perintahNya. Mereka sadar episode kehidupan yang dijalani ini tak mengenal siaran tunda. Apa yang telah dilakukan hanya menyisakan sejarah yang tak akan mampu dikembalikan. Makanya mereka isi hidupnya dengan amal-amal yang membuat mereka memiliki tabungan yang banyak untuk dibawa ke negeri abadi. Mereka sangat sadar bahwa kehidupan ini mesti dipertanggungjawabkan. Amal kebaikan dan keburukan akan ditimbang di neraca keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Hasyr: 18)
Pesan taqwa dalam pembuka dan saat penutup surah Al Hasyr ayat 18 di atas memberikan pelajaran tersirat dan tersurat tentang pentingnya ketaqwaan untuk meraih surgaNya. Kita memang tak bisa mengubah lajunya pergantian hari, tapi kita bisa mengubah komitmen kita untuk bertaqwa sepenuh hati. Kita tak bisa mengubah waktu tapi kita sangat bisa mengubah cara pandang kita dalam memanfaatkan waktu setiap harinya. Kita tak bisa mengubah takdir yang telah terjadi tapi kita bisa mengubah persepsi kita tentang takdir yang telah terjadi.
Taqwa mesti diwujudkan dalam aktivitas keseharian kita. Akan ada akhir yang indah dan balasan yang menakjubkan dari amal shalih yang dilakukan manusia-manusia bertaqwa. Dalam kitab shahih muslim terdapat sebuah kisah ajaib. Dahulu kala, ada seorang yang sedang dalam safar mendengar suara dari langit. “Siramilah kebun si fulan!” Tak lama kemudian,gelombang awan mulai menggumpal dan bergerak. Awan itu memuntahkan hujan di hamparan tanah berbatu. Karena penasaran iapun mengejar awan tersebut dan mendekati tempat dimana hujan tersebut jatuh.
Dia melihat seorang petani mencangkul tanah guna menadah air hujan agar bisa mengairi kebunnya. Lantas ia bertanya kepada petani itu, “Siapa nama Anda?” “Saya fulan. Kenapa Anda menanyakan nama saya?” tanya petani. Ia menjawab, “Aku mendengar suara dari atas awan yang mengatakan, siramilah kebun si Fulan. Apakah yang Anda lakukan?” “Karena kamu menanyakan aku akan menjawabnya. Setiap kali kebun ini panen, saya mensedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya dan sepertiga sisanya aku gunakan sebagai bibit.”
Sekilas, kisah di atas ibarat dongeng yang tidak nyata. Jika bukan karena riwayat dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, mungkin kita tidak mempercayainya. Tapi, kisah itu memang benar-benar terjadi. Ternyata, taqwa yang berwujud dalam amal shalih yang biasa dikerjakan hamba dapat menjadi faktor datangnya rizki dan kemudahan.
Ibnu Rajab al-Hambali mengatakan, seorang muslim yang bertaqwa, menjaga aturan-aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjaga hak-hakNya seperti orang yang sedang menabung kemudahan. Ia dapat menarik saldonya saat lapang maupun saat susah. Bahkan kemudahan-kemudahan itu akan tiba dengan cara yang tidak ia duga dan tanpa membutuhkan usaha keras. Seperti yang tejadi pada shahabat Khubaib bin Adi pada waktu di penjara di Makkah. Seorang wanita Quraisy melihatnya sedang memakan anggur, padahal saat itu bukan musim anggur. Lalu, dari manakah anggur tersebut berasal? Tentu itu adalah pertolongan Allah SWT min haitsu la yahtasib atau dengan cara yang tak terduga.
Karena itu, amal shalih ibarat investasi yang tak pernah merugi. Minimal ada dua manfaat besar yang dapat dipetik dari taqwa. Pertama, taat menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi faktor yang menyebabkan manusia selamat dari api neraka dan mengantarkannya menuju jannah yang penuh nikmat. Dengan kata lain, manfaat untuk kehidupan di akhirat.
Selain rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, amal shalih merupakan syarat untuk masuk jannah. Yusuf bin Asbath mengatakan, “kerjakan amal shalih seperti orang celaka yang tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali amal shalihnya. Bertawakallah seperti orang yang yang tidak akan mengalami takdir selain yang telah ditulis akan terjadi.”
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Semakin orang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semakin ia merasa membutuhkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang dikerjakannya dengan maksimal hanyalah sunnah kauniyah yang menjadi tugasnya sebagai manusia. Hasil akhir, ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Taqwa dalam konteks ini mencakup dua hal, pertama amal yang sebagai wujud taat kepada-Nya. Kedua, tawakkal dengan hati sebagai wujud iman kepadanya. Karena itu seorang muslim yang sempurna taqwanya tidak takut akan hari esok. Meskipun penuh misteri, ia yakin Allah SWT akan memudahkan takdirnya. Umar bin abdul aziz mengatakan, setiap pagi menjelang aku selalu bahagia terhadap qadha dan takdir yang akan terjadi.Wallahu A’lam.[]
Sungguh beruntung orang yang bertaqwa. Mereka jalani kehidupan ini dengan komitmen yang sempurna dalam menjalani perintah Allah dan kemauan yang keras dalam menjauhi perintahNya. Mereka sadar episode kehidupan yang dijalani ini tak mengenal siaran tunda. Apa yang telah dilakukan hanya menyisakan sejarah yang tak akan mampu dikembalikan. Makanya mereka isi hidupnya dengan amal-amal yang membuat mereka memiliki tabungan yang banyak untuk dibawa ke negeri abadi. Mereka sangat sadar bahwa kehidupan ini mesti dipertanggungjawabkan. Amal kebaikan dan keburukan akan ditimbang di neraca keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Hasyr: 18)
Pesan taqwa dalam pembuka dan saat penutup surah Al Hasyr ayat 18 di atas memberikan pelajaran tersirat dan tersurat tentang pentingnya ketaqwaan untuk meraih surgaNya. Kita memang tak bisa mengubah lajunya pergantian hari, tapi kita bisa mengubah komitmen kita untuk bertaqwa sepenuh hati. Kita tak bisa mengubah waktu tapi kita sangat bisa mengubah cara pandang kita dalam memanfaatkan waktu setiap harinya. Kita tak bisa mengubah takdir yang telah terjadi tapi kita bisa mengubah persepsi kita tentang takdir yang telah terjadi.
Taqwa mesti diwujudkan dalam aktivitas keseharian kita. Akan ada akhir yang indah dan balasan yang menakjubkan dari amal shalih yang dilakukan manusia-manusia bertaqwa. Dalam kitab shahih muslim terdapat sebuah kisah ajaib. Dahulu kala, ada seorang yang sedang dalam safar mendengar suara dari langit. “Siramilah kebun si fulan!” Tak lama kemudian,gelombang awan mulai menggumpal dan bergerak. Awan itu memuntahkan hujan di hamparan tanah berbatu. Karena penasaran iapun mengejar awan tersebut dan mendekati tempat dimana hujan tersebut jatuh.
Dia melihat seorang petani mencangkul tanah guna menadah air hujan agar bisa mengairi kebunnya. Lantas ia bertanya kepada petani itu, “Siapa nama Anda?” “Saya fulan. Kenapa Anda menanyakan nama saya?” tanya petani. Ia menjawab, “Aku mendengar suara dari atas awan yang mengatakan, siramilah kebun si Fulan. Apakah yang Anda lakukan?” “Karena kamu menanyakan aku akan menjawabnya. Setiap kali kebun ini panen, saya mensedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya dan sepertiga sisanya aku gunakan sebagai bibit.”
Sekilas, kisah di atas ibarat dongeng yang tidak nyata. Jika bukan karena riwayat dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, mungkin kita tidak mempercayainya. Tapi, kisah itu memang benar-benar terjadi. Ternyata, taqwa yang berwujud dalam amal shalih yang biasa dikerjakan hamba dapat menjadi faktor datangnya rizki dan kemudahan.
Ibnu Rajab al-Hambali mengatakan, seorang muslim yang bertaqwa, menjaga aturan-aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjaga hak-hakNya seperti orang yang sedang menabung kemudahan. Ia dapat menarik saldonya saat lapang maupun saat susah. Bahkan kemudahan-kemudahan itu akan tiba dengan cara yang tidak ia duga dan tanpa membutuhkan usaha keras. Seperti yang tejadi pada shahabat Khubaib bin Adi pada waktu di penjara di Makkah. Seorang wanita Quraisy melihatnya sedang memakan anggur, padahal saat itu bukan musim anggur. Lalu, dari manakah anggur tersebut berasal? Tentu itu adalah pertolongan Allah SWT min haitsu la yahtasib atau dengan cara yang tak terduga.
Karena itu, amal shalih ibarat investasi yang tak pernah merugi. Minimal ada dua manfaat besar yang dapat dipetik dari taqwa. Pertama, taat menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi faktor yang menyebabkan manusia selamat dari api neraka dan mengantarkannya menuju jannah yang penuh nikmat. Dengan kata lain, manfaat untuk kehidupan di akhirat.
Selain rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, amal shalih merupakan syarat untuk masuk jannah. Yusuf bin Asbath mengatakan, “kerjakan amal shalih seperti orang celaka yang tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali amal shalihnya. Bertawakallah seperti orang yang yang tidak akan mengalami takdir selain yang telah ditulis akan terjadi.”
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Semakin orang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semakin ia merasa membutuhkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang dikerjakannya dengan maksimal hanyalah sunnah kauniyah yang menjadi tugasnya sebagai manusia. Hasil akhir, ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Taqwa dalam konteks ini mencakup dua hal, pertama amal yang sebagai wujud taat kepada-Nya. Kedua, tawakkal dengan hati sebagai wujud iman kepadanya. Karena itu seorang muslim yang sempurna taqwanya tidak takut akan hari esok. Meskipun penuh misteri, ia yakin Allah SWT akan memudahkan takdirnya. Umar bin abdul aziz mengatakan, setiap pagi menjelang aku selalu bahagia terhadap qadha dan takdir yang akan terjadi.Wallahu A’lam.[]
Penulis : Sardini Ramadhan
Pendiri KPK (Komunitas Pena Khatulistiwa), Publik Manager SBS (Sang Bintang School)
Blog: akhiarden-sardini.blogspot.com