Sebelum engkau menjadi kekasih halalku, aku ingin engkau tak mendekatiku Sebelum engkau menjadi kekasih halalku, aku ingin engkau tak...
Sebelum engkau menjadi kekasih halalku,
aku ingin engkau tak mendekatiku
Sebelum engkau menjadi kekasih halalku,
aku ingin engkau tak perlu berlebih memperhatikanku
Sebelum engkau menjadi kekasih halalku,
aku ingin engkau tetap menjaga jarak denganku
Sebelum engkau menjadi kekasih halalku,
aku ingin engkau tetap menjaga ‘iffahmu.
Maka aku mengajakmu untuk menundukkan pandangan, sebagaimana arahan Pencipta kita; "Katakanlah kepada orang-orang yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nuur: 30)
Aku juga tak ingin ada sentuhan sedikitpun antara kita, nabi bersabda; “Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”
Sebelum engkau menjadi kekasih halalku,
aku ingin engkau tetap menjaga batasan-batasan syari’at.
Maka aku menghindari berduaan denganmu, sebagaimana arahan nabi kita; "Tidak boleh seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali dia (wanita tadi) ditemani mahramnya."
Adalah hakmu untuk tertarik padaku, karena itu fitrah.
Namun pintaku, jangan kau nyatakan cinta, sebelum waktu ijab qobul tiba.
Karena aku hanya ingin kepastian, bukan gombalan atau rayuan.
Ada baiknya aku berbagi cerita padamu, tentang cinta yang tak ternoda:
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakha'i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia kuat beribadah dan sangat rajin. Suatu saat dia mampir berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha'. Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata, si wanita cantik ini pun begitu juga padanya. Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang melamarnya dari ayahnya. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, “Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku”. Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, '’Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, "…sesungguhnya aku benar-banar takut akan azab hari yang besar (kiamat) jika mendurhakai Robbku" (Yunus:15), aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya.”
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, "Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus dan kurus menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo'akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburanya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, "Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"
Dia menjawab, "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan."
Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemanakah kau menuju?" Dia jawab, "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."
Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."
Si pemuda bertanya, "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia…
Semoga Allah tidak menjadikan kita orang-orang yang melampaui batas-batas syari’atNya, aamiin.[]
aku ingin engkau tak mendekatiku
Sebelum engkau menjadi kekasih halalku,
aku ingin engkau tak perlu berlebih memperhatikanku
Sebelum engkau menjadi kekasih halalku,
aku ingin engkau tetap menjaga jarak denganku
Sebelum engkau menjadi kekasih halalku,
aku ingin engkau tetap menjaga ‘iffahmu.
Maka aku mengajakmu untuk menundukkan pandangan, sebagaimana arahan Pencipta kita; "Katakanlah kepada orang-orang yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nuur: 30)
Aku juga tak ingin ada sentuhan sedikitpun antara kita, nabi bersabda; “Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”
Sebelum engkau menjadi kekasih halalku,
aku ingin engkau tetap menjaga batasan-batasan syari’at.
Maka aku menghindari berduaan denganmu, sebagaimana arahan nabi kita; "Tidak boleh seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali dia (wanita tadi) ditemani mahramnya."
Adalah hakmu untuk tertarik padaku, karena itu fitrah.
Namun pintaku, jangan kau nyatakan cinta, sebelum waktu ijab qobul tiba.
Karena aku hanya ingin kepastian, bukan gombalan atau rayuan.
Ada baiknya aku berbagi cerita padamu, tentang cinta yang tak ternoda:
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakha'i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia kuat beribadah dan sangat rajin. Suatu saat dia mampir berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha'. Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata, si wanita cantik ini pun begitu juga padanya. Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang melamarnya dari ayahnya. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, “Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku”. Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, '’Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, "…sesungguhnya aku benar-banar takut akan azab hari yang besar (kiamat) jika mendurhakai Robbku" (Yunus:15), aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya.”
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, "Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus dan kurus menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo'akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburanya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, "Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"
Dia menjawab, "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan."
Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemanakah kau menuju?" Dia jawab, "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."
Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."
Si pemuda bertanya, "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia…
Semoga Allah tidak menjadikan kita orang-orang yang melampaui batas-batas syari’atNya, aamiin.[]
Penulis : Oktarizal Rais
Alumni Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Solo
Mahasiswa Ma'had Aly An-Nu'aimy, Jakarta