Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan,ra. berkata,”Rasulullah SAW bersabda, ”Sungguh mengagumkan urusan orang Mukmin. Seluruh urusan atau ke...
Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan,ra. berkata,”Rasulullah SAW bersabda,
”Sungguh mengagumkan urusan orang Mukmin. Seluruh urusan atau keadaan mereka senantiasa mengandung kebaikan. Yang demikian itu tidak terjadi, kecuali hanya pada orang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan,ia bersyukur. Hal itu merupakan suatu kebaikan. Jika ia tertimpa kesusahan,ia bersabar. Hal itu juga merupakan kebaikan." (HR.Muslim)
Sungguh indah pribadi seorang muslim sejati. Ketika diberi kenikmatan, karunia, dan anugerah dari Allah SWT, ia dengan sepenuh kegembiraan mensyukurinya. Sebaliknya ketika mendapat musibah dan ujian, ia takkan mengeluh, putus asa apalagi berburuk sangka kepada Allah, malah sebaliknya ia menerima ujian itu dengan penuh kesabaran dan keyakinan bahwa ujian itu merupakan teguran dari Allah agar ia lebih mendekatkan diri kepadaNya.
Ketika mendengar merdunya suara azan, hatinya bergetar hebat dan dengan segala kecintaan ia datangi mesjid untuk bertemu dengan kekasihNya. Ada kedamaian di hatinya, ada sinar kegembiraan di wajahnya, ada senyum penuh optimisme di bibirnya tatkala ia sudah menunaikan kewajibannya (sholat).
Ketika bertemu dengan saudaranya, senyum penuh persahabatan dan kehangatan serta salam penuh doa ia persembahkan. Ketika membaca dan mendengar ayat-ayat Allah, hatinya bergetar dan ghiroh keimanannya semakin bertambah hebat. Ia tidak pernah menyimpan dendam ketika disakiti, ia tidak pernah iri dengan kesuksesan saudaranya, ia tidak pernah berprasangka buruk dan mengghibahi saudaranya, ia tidak pernah merasa dirinya lebih baik dari orang lain, qalbunya mardeka dari penghambaan akan pujian, sanjungan, dan penghargaan orang lain atas apa yang ia kerjakan, satu-satunya yang ia harapkan adalah keridhoaan dan kecintaan Allah padanya.
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (Al Hasr : 10).
Tatkala sepertiga malam saat kebanyakan insan terbuai dengan mimpi-mimpi indahnya, ia perangi rasa kantuk dan kenikmatan tidurnya untuk segera bangkit mendirikan qiyamulail demi mendekatkan diri pada kekasihNya. Deraian air mata, tangisan penyesalan penuh dosa mengiringi kekhusukan sholat malamnya. Ia adukan segala permasalahan hidup dan kehidupannya kepada tempat bergantungnya semua makhluk, Allah SWT. Hari-harinya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif bagi peningkatan kualitas keimanan, ketakwaan dan kecerdasannya. Pergaulannya dengan orang-orang yang penuh motivasi kebaikan, kemaslahatan dan kemanfaataan.
Prinsipnya adalah
”Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“. (HR. Bukhari & Muslim)
Baginya, persahabatan harus memberikan nilai tambah untuk berprestasi, memberikan energi baru untuk memperbaiki diri dan motivasi untuk meraih kesuksesan dunia & akhirat yang abadi. Tapi bukan berarti prinsip ini menyebabkannya menutup diri dari pergaulan dengan sesama. Sama sekali tidak,justru prinsip tersebut membuatnya lebih mudah untuk berteman dan bersahabat dengan siapa saja yang bisa menjadi tempatnya mencari inspirasi dan berbagi nilai-nilai kebaikan.Hidup dan kehidupannya ia dedikasikan pada Allah semata.
Di saat kebanyakan orang terbuai dengan kecintaan yang semu dan penuh kemunafikan kepada gadis dan pria impiannya sampai-sampai mengorbankan keperawanan dan harga diri, justru ia memproklamirkan cinta tertingginya kepada Allah dan RasulNya. Kerinduannya adalah bertemu dengan Allah SWT di jannahNya dan berjumpa dengan menusia termulia sepanjang sejarah kehidupan, Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya.
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”. (Al Baqarah:165)
Sahabat, mari kita sama-sama berdoa agar diberi kemudahan untuk memiliki kepribadian-kepribadian mulia seperti di atas, tetap semangat memperbaiki diri, menjadi inspirasi kebaikan buat orang lain. Tetap semangat meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Mari menjadi insan beriman yang kehadirannya diharapkan, suaranya didengar, kebaikannya ditiru, dan gagasannya dilanjutkan.[]
”Sungguh mengagumkan urusan orang Mukmin. Seluruh urusan atau keadaan mereka senantiasa mengandung kebaikan. Yang demikian itu tidak terjadi, kecuali hanya pada orang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan,ia bersyukur. Hal itu merupakan suatu kebaikan. Jika ia tertimpa kesusahan,ia bersabar. Hal itu juga merupakan kebaikan." (HR.Muslim)
Sungguh indah pribadi seorang muslim sejati. Ketika diberi kenikmatan, karunia, dan anugerah dari Allah SWT, ia dengan sepenuh kegembiraan mensyukurinya. Sebaliknya ketika mendapat musibah dan ujian, ia takkan mengeluh, putus asa apalagi berburuk sangka kepada Allah, malah sebaliknya ia menerima ujian itu dengan penuh kesabaran dan keyakinan bahwa ujian itu merupakan teguran dari Allah agar ia lebih mendekatkan diri kepadaNya.
Ketika mendengar merdunya suara azan, hatinya bergetar hebat dan dengan segala kecintaan ia datangi mesjid untuk bertemu dengan kekasihNya. Ada kedamaian di hatinya, ada sinar kegembiraan di wajahnya, ada senyum penuh optimisme di bibirnya tatkala ia sudah menunaikan kewajibannya (sholat).
Ketika bertemu dengan saudaranya, senyum penuh persahabatan dan kehangatan serta salam penuh doa ia persembahkan. Ketika membaca dan mendengar ayat-ayat Allah, hatinya bergetar dan ghiroh keimanannya semakin bertambah hebat. Ia tidak pernah menyimpan dendam ketika disakiti, ia tidak pernah iri dengan kesuksesan saudaranya, ia tidak pernah berprasangka buruk dan mengghibahi saudaranya, ia tidak pernah merasa dirinya lebih baik dari orang lain, qalbunya mardeka dari penghambaan akan pujian, sanjungan, dan penghargaan orang lain atas apa yang ia kerjakan, satu-satunya yang ia harapkan adalah keridhoaan dan kecintaan Allah padanya.
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (Al Hasr : 10).
Tatkala sepertiga malam saat kebanyakan insan terbuai dengan mimpi-mimpi indahnya, ia perangi rasa kantuk dan kenikmatan tidurnya untuk segera bangkit mendirikan qiyamulail demi mendekatkan diri pada kekasihNya. Deraian air mata, tangisan penyesalan penuh dosa mengiringi kekhusukan sholat malamnya. Ia adukan segala permasalahan hidup dan kehidupannya kepada tempat bergantungnya semua makhluk, Allah SWT. Hari-harinya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif bagi peningkatan kualitas keimanan, ketakwaan dan kecerdasannya. Pergaulannya dengan orang-orang yang penuh motivasi kebaikan, kemaslahatan dan kemanfaataan.
Prinsipnya adalah
”Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“. (HR. Bukhari & Muslim)
Baginya, persahabatan harus memberikan nilai tambah untuk berprestasi, memberikan energi baru untuk memperbaiki diri dan motivasi untuk meraih kesuksesan dunia & akhirat yang abadi. Tapi bukan berarti prinsip ini menyebabkannya menutup diri dari pergaulan dengan sesama. Sama sekali tidak,justru prinsip tersebut membuatnya lebih mudah untuk berteman dan bersahabat dengan siapa saja yang bisa menjadi tempatnya mencari inspirasi dan berbagi nilai-nilai kebaikan.Hidup dan kehidupannya ia dedikasikan pada Allah semata.
Di saat kebanyakan orang terbuai dengan kecintaan yang semu dan penuh kemunafikan kepada gadis dan pria impiannya sampai-sampai mengorbankan keperawanan dan harga diri, justru ia memproklamirkan cinta tertingginya kepada Allah dan RasulNya. Kerinduannya adalah bertemu dengan Allah SWT di jannahNya dan berjumpa dengan menusia termulia sepanjang sejarah kehidupan, Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya.
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”. (Al Baqarah:165)
Sahabat, mari kita sama-sama berdoa agar diberi kemudahan untuk memiliki kepribadian-kepribadian mulia seperti di atas, tetap semangat memperbaiki diri, menjadi inspirasi kebaikan buat orang lain. Tetap semangat meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Mari menjadi insan beriman yang kehadirannya diharapkan, suaranya didengar, kebaikannya ditiru, dan gagasannya dilanjutkan.[]
Penulis : Sardini Ramadhan
Pendiri KPK (Komunitas Pena Khatulistiwa), Publik Manager SBS (Sang Bintang School)
Blog: akhiarden-sardini.blogspot.com