Hari ini 33 tahun yang lalu, Presiden Mesir Anwar Sadat, Presiden AS Jimmy Carter, dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin menandatangani...
Hari ini 33 tahun yang lalu, Presiden Mesir Anwar Sadat, Presiden AS Jimmy Carter, dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin menandatangani perjanjian damai Israel-Mesir yang juga dikenal dengan perjanjian damai 'Camp David' 1979.
Negara-negara Arab dan dunia Islam, terutama orang Palestina, mengutuk perjanjian itu dan menganggapnya sebagai pengkhianatan. Namun, Anwar Sadat bergeming. Ia kokoh dengan kesepakatannya untuk memasok gas ke Israel, sekaligus bangga bisa menghadirkan "damai" dan menjadi pintu gerbang bagi Israel untuk menanamkan pengaruhnya ke negara-negara Arab. Kebanggaan itu makin menguat setelah Anwar Sadat mendapatkan hadiah nobel perdamaian berkat perjanjian damai yang ia tandatangani.
Rakyat di negerinya sendiri juga menentang "kebijakan" itu. Kebencian terhadap Anwar Sadat terus berkembang hingga berujung pada pembunuhan Anwar Sadat pada 6 Oktober 1981.
Kini, perjanjian damai Camp David mulai dipersoalkan; oleh Ikhwan (FJP) dan Salafi (Hizb An-Nur) yang memenangkan pemilu pasca revolusi. Namun, tiga dekade lamanya perjanjian damai itu telah mengoyak pertahanan umat dan menistakannya. Ia juga menimbulkan penderitaan panjang bagi Palestina yang tanahnya terus dicaplok Zionis durjana.
Sejatinya, dewasa ini umat Islam memiliki "kekuasaan" untuk menentukan siapa pemimpinnya. Apakah bertipe pengkhianat umat seperti Anwar Sadat atau pemimpin yang amanat dalam mencintai dan melayani rakyat.
"Menikmati demokrasi" memang masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Namun kecenderungan mutakhir mengarah pada perlunya umat Islam memanfaatkannya untuk meraih lebih banyak maslahat, alih-alih menjauhinya yang justru menyerahkan kepemimpinan pada orang macam Anwar Sadat.
Maka jika kini kau hendak memilih pemimpin, lihatlah siapa dia. Jangan sembarang memilih, karena setiap pilihan ada tanggung jawabnya. Ada resiko di dunia, juga ada resiko di akhirat sana. Sekali engkau salah memilih, bisa bertahun-tahun umat terluka.
Jangan memilih orang yang berpotensi mengkhianati umat, apalagi orang yang terbukti telah mengkhianati umat.
”Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan merekapun membenci kalian, kalian melaknati mereka dan merekapun melaknati kalian.” (HR. Muslim). [AM09]
Negara-negara Arab dan dunia Islam, terutama orang Palestina, mengutuk perjanjian itu dan menganggapnya sebagai pengkhianatan. Namun, Anwar Sadat bergeming. Ia kokoh dengan kesepakatannya untuk memasok gas ke Israel, sekaligus bangga bisa menghadirkan "damai" dan menjadi pintu gerbang bagi Israel untuk menanamkan pengaruhnya ke negara-negara Arab. Kebanggaan itu makin menguat setelah Anwar Sadat mendapatkan hadiah nobel perdamaian berkat perjanjian damai yang ia tandatangani.
Rakyat di negerinya sendiri juga menentang "kebijakan" itu. Kebencian terhadap Anwar Sadat terus berkembang hingga berujung pada pembunuhan Anwar Sadat pada 6 Oktober 1981.
Kini, perjanjian damai Camp David mulai dipersoalkan; oleh Ikhwan (FJP) dan Salafi (Hizb An-Nur) yang memenangkan pemilu pasca revolusi. Namun, tiga dekade lamanya perjanjian damai itu telah mengoyak pertahanan umat dan menistakannya. Ia juga menimbulkan penderitaan panjang bagi Palestina yang tanahnya terus dicaplok Zionis durjana.
Sejatinya, dewasa ini umat Islam memiliki "kekuasaan" untuk menentukan siapa pemimpinnya. Apakah bertipe pengkhianat umat seperti Anwar Sadat atau pemimpin yang amanat dalam mencintai dan melayani rakyat.
"Menikmati demokrasi" memang masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Namun kecenderungan mutakhir mengarah pada perlunya umat Islam memanfaatkannya untuk meraih lebih banyak maslahat, alih-alih menjauhinya yang justru menyerahkan kepemimpinan pada orang macam Anwar Sadat.
Maka jika kini kau hendak memilih pemimpin, lihatlah siapa dia. Jangan sembarang memilih, karena setiap pilihan ada tanggung jawabnya. Ada resiko di dunia, juga ada resiko di akhirat sana. Sekali engkau salah memilih, bisa bertahun-tahun umat terluka.
Jangan memilih orang yang berpotensi mengkhianati umat, apalagi orang yang terbukti telah mengkhianati umat.
”Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan merekapun membenci kalian, kalian melaknati mereka dan merekapun melaknati kalian.” (HR. Muslim). [AM09]