Rae Abileah, perempuan Yahudi keturunan Israel, mengaku dipukuli oleh sejumlah aktivis AIPAC setelah ia melakukan interupsi saat Perdana Men...
Rae Abileah, perempuan Yahudi keturunan Israel, mengaku dipukuli oleh sejumlah aktivis AIPAC setelah ia melakukan interupsi saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang berpidato di Kongres AS pada Selasa (24/5).
"Saya berteriak 'hentikan penjajahan' dan tiba-tiba mereka (aktivis AIPAC) berlompatan ke arah saya," kata Abileah, yang juga anggota Code Pink, sebuah organisasi anti-perang di AS.
Ia mengklaim pernah melakukan hal yang sama saat Netanyahu berpidato di Jewish Federations General Assembly di New Orleans, bulan November 2010.
"Kami, generasi muda Yahudi yang tidak mau hanya diam dan duduk, dan membiarkan perdana menteri yang melakukan kejahatan kemanusiaan, berbicara. Dia (Netanyahu) baru boleh bicara di Pengadilan Kriminal Internasional di Hague," tukas Abileah.
Perempuan berusia 28 tahun itu bisa menyelinap masuk ke gedung Kongres saat Netanyahu berpidato, setelah ia berhasil mendapatkan kartu tanda masuk dari seorang temannya. "Ketika Netanyahu mulai bicara soal Israel dan demokrasi, saya langsung berdiri dan mengecam operasi-operasi yang dilakukannya, yang bertentangan dengan demokrasi," tukas Abileah.
"Hentikan penjajahan, hentikan kejahatan perang Israel, berikan hak-hak yang sama pada rakyat Palestina," teriak Abileah di tengah pidato Netanyahu.
Tapi Netanyahu malah mengambil kesempatan, dengan mengatakan bahwa kejadian itu cerminan dari demokrasi dan kebebasan berbicara. "Anda tidak bisa melakukan protes seperti ini di Teheran. Inilah demokrasi yang sebenarnya," kata Netanyahu menyindir negara Iran.
Namun Abileah mengatakan bahwa sejumlah aktivis AIPAC menyerangnya setelah ia menginterupsi pidato Netanyahu.
"Mereka menyerang saya, dan saya jatuh ke lantai. Mereka mencekik dan memukul saya. Lalu saya diseret oleh polisi, dan ditangkap," ujar Abileah, yang pernah ke Gaza setahun yang lalu dan menyaksikan kehancuran yang disebabkan oleh Operasi "Cast Lead", operasi brutal militer Israel ke Gaza tahun 2008-2009.
Ia mengalami luka di bagian leher dan punggungnya akibat penyerangan itu, sehingga harus dibawa ke rumah sakit sebelum akhirnya ditahan polisi.
Abileah menyatakan, ia memilih untuk memfokuskan aksi protesnya terhadap AIPAC--kelompok lobi Yahudi pro-Israel--di AS, karena kelompok lobi ini selalu membungkam setiap opini yang menentang Israel. Ia juga mengatakan, harus dilakukan tekanan finansial terhadap Israel, dan para pemimpinnya harus diseret ke pengadilan. [sumber: eramuslim.com]
"Saya berteriak 'hentikan penjajahan' dan tiba-tiba mereka (aktivis AIPAC) berlompatan ke arah saya," kata Abileah, yang juga anggota Code Pink, sebuah organisasi anti-perang di AS.
Ia mengklaim pernah melakukan hal yang sama saat Netanyahu berpidato di Jewish Federations General Assembly di New Orleans, bulan November 2010.
"Kami, generasi muda Yahudi yang tidak mau hanya diam dan duduk, dan membiarkan perdana menteri yang melakukan kejahatan kemanusiaan, berbicara. Dia (Netanyahu) baru boleh bicara di Pengadilan Kriminal Internasional di Hague," tukas Abileah.
Perempuan berusia 28 tahun itu bisa menyelinap masuk ke gedung Kongres saat Netanyahu berpidato, setelah ia berhasil mendapatkan kartu tanda masuk dari seorang temannya. "Ketika Netanyahu mulai bicara soal Israel dan demokrasi, saya langsung berdiri dan mengecam operasi-operasi yang dilakukannya, yang bertentangan dengan demokrasi," tukas Abileah.
"Hentikan penjajahan, hentikan kejahatan perang Israel, berikan hak-hak yang sama pada rakyat Palestina," teriak Abileah di tengah pidato Netanyahu.
Tapi Netanyahu malah mengambil kesempatan, dengan mengatakan bahwa kejadian itu cerminan dari demokrasi dan kebebasan berbicara. "Anda tidak bisa melakukan protes seperti ini di Teheran. Inilah demokrasi yang sebenarnya," kata Netanyahu menyindir negara Iran.
Namun Abileah mengatakan bahwa sejumlah aktivis AIPAC menyerangnya setelah ia menginterupsi pidato Netanyahu.
"Mereka menyerang saya, dan saya jatuh ke lantai. Mereka mencekik dan memukul saya. Lalu saya diseret oleh polisi, dan ditangkap," ujar Abileah, yang pernah ke Gaza setahun yang lalu dan menyaksikan kehancuran yang disebabkan oleh Operasi "Cast Lead", operasi brutal militer Israel ke Gaza tahun 2008-2009.
Ia mengalami luka di bagian leher dan punggungnya akibat penyerangan itu, sehingga harus dibawa ke rumah sakit sebelum akhirnya ditahan polisi.
Abileah menyatakan, ia memilih untuk memfokuskan aksi protesnya terhadap AIPAC--kelompok lobi Yahudi pro-Israel--di AS, karena kelompok lobi ini selalu membungkam setiap opini yang menentang Israel. Ia juga mengatakan, harus dilakukan tekanan finansial terhadap Israel, dan para pemimpinnya harus diseret ke pengadilan. [sumber: eramuslim.com]