Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Kita ucapkan shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, juga untuk segenap kelu...
Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Kita ucapkan shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, juga untuk segenap keluarga dan sahabatnya, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat. Kita membuka acara kita dengan pembukaan yang paling baik.
Ikhwan yang mulia, saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari Allah, yang baik dan diberkahi: Assalaamu'alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh.
Demikianlah, semakin lama, hari dan malam ini semakin cemerlang dan jiwa menempati satu derajat di atas kedudukan sebelumnya. Kita memohon kepada Allah SWT agar mengaruniakan kepada kita kecintaan dan persatuan karena-Nya, serta menempatkan kita di jalan orang-orang yang dikatakan oleh Rasulullah SAW., "Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat, 'Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku? Pada hari ini Aku naungi mereka dengan keagungan-Ku, pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.'"
Wa ba' du. Ikhwan sekalian, pada malam ini, saya tidak membatasi tema tertentu untuk saya sampaikan kepada Anda semua mengenai kitab Allah SWT. Namun seringkali terlintas dalam pikiran saya, khususnya dalam kajian, ceramah, dan pelajaran yang saya sampaikan kepada Ikhwan di segenap penjuru negeri, persoalan umum. Yakni pandangan umum mengenai kitab Allah SWT. Saya ingin menyampaikan pandangan umum tersebut pada malam ini, terlebih pada malam ini banyak utusan dari cabang-cabang Ikhwan Kairo bersama kita.
Saya ingin berbicara tentang pandangan umum ini, agar bisa menjadi cahaya yang menerangi dakwah kita. Dakwah kita adalah dakwah yang mengajak kepada Al-Qur'an, sehingga pembicaraan tersebut sekaligus merupakan pengarahan bagi para juru dakwah Ikhwan, di samping sebagai rangkuman berbagai pengarahan dalam kitab Allah. Jadi, apa yang saya bicarakan kepada Anda pada malam hari ini, Ikhwan sekalian, adalah gambaran global tentang dakwah Ikhwanul Muslimin.
Kita senantiasa membaca kitab Allah SWT, memahaminya, berpindah-pindah dalam taman-taman satu surat di antara bunga-bunga ayatnya yang menyenangkan dan indah, melambungkan pandangan di dalamnya, menyelesaikan bagian demi bagian dari sub pembahasan Al-Qur'an, surat demi surat.
Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kepada Anda semua kesimpulan dari makna hadits shahih berikut:
"Nabi SAW ditanya, 'Amal apa yang paling utama?' Beliau menjawab, Al-Hallul Murtahil (orang yang singgah dan pergi).' Ditanyakan, 'Apa Al-Hallul Murtahil itu?' Beliau menjawab, 'Ahli Al-Qur'an. la membaca dari awalnya hingga akhirnya; dari akhirnya kembali ke awalnya. Setiap ia singgah maka ia ak an segera pergi.' "
Sebagaimana perkataan Abdullah bin Mas'ud, "Jika saya membaca surat Alif Lam Haa Miim, saya seolah-olah singgah dan menjelajah di kebun-kebun yang buah-buahannya matang." Hal itu disebabkan dalam surat tersebut terdapat deskripsi yang indah, gaya bahasa yang elok, serta anjuran dan ancaman.
Berkaitan dengan "orang yang singgah dan pergi" mereka mengatakan, "Jika seseorang telah mengkhatamkan Al-Qur'an, dianjurkan agar ia tidak mengakhiri bacaannya di situ, tetapi hendaklah ia mulai membaca Al-Fatihah dan beberapa ayat dari surat Al-Baqarah sehingga terjadi hubungan antara permulaan dan penutupan, setelah itu hendaklah ia berdoa sekehendaknya.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 186)
Ikhwan sekalian, jika seseorang membaca ayat-ayat Allah dan kitab Allah, ia bisa merangkum empat unsur secara umum di dalamnya:
Pertama adalah aqidah salimah (keyakinan yang sehat)
Kitab Allah SWT mengupas masalah keyakinan umat manusia. Manusia memang tidak dapat hidup tanpa keyakinan. Keyakinan adalah fitrah dalam diri manusia. Mengenai masalah ini, salah seorang ilmuwan Barat berkata, "Jika saya ditanya, mengapa saya percaya kepada Tuhan, saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini kecuali dengan jawaban yang sama ketika saya ditanya, mengapa saya makan, mengapa saya minum, dan mengapa saya tidur. Demikian itu karena makan, minum, dan tidur adalah kebutuhan pokok bagi eksistensi materi saya. Akan halnya iman, ia adalah kebutuhan pokok bagi eksistensi spiritual saya."
Al-Qur'anul Karim, Ikhwan sekalian, datang untuk mengatur kebutuhan dasar spiritual manusia ini secara mudah dan sederhana. Kita bisa merangkum keyakinan-keyakinan yang dikemukakan dalam kitab Allah, yaitu keimanan kepada Allah, hari pembalasan serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Itu adalah keimanan yang mudah dan sederhana. Ia tidak mengandung pelik-pelik yang sulit untuk Anda pahami. Al- Qur'anul Karim menginginkan agar Anda benar-benar menyadari hakikat bahwa Anda mempunyai keterkaitan dengan kekuatan yang mengelola alam semesta ini, kekuatan yang mengatur segala sesuatu, dan kekuatan yang berkuasa atas segala sesuatu. Kekuatan tersebut dekat dengan Anda, bahkan lebih dekat daripada diri Anda sendiri.
Al-Qur'an menghendaki agar Anda percaya kepada kehidupan spiritual. Yang saya maksud kehidupan spiritual adalah kehidupan yang baru. Hendaklah Anda percaya bahwa kehidupan itu tidak berakhir dengan perpisahan nyawa dari jasad Anda. Akan tetapi, ada kehidupan lain di mana Anda akan dihisab. Jika Anda telah berbuat kebajikan, maka Anda akan mendapatkan kebajikan pula, tetapi jika perbuatan yang Anda lakukan tidak demikian, maka Anda juga akan mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatan Anda itu. Landasan dari semua itu adalah hendaknya Anda beriman kepada Allah dan hari akhir.
Ketika Anda membaca Al-Qur'an, pada ayat pertama, Anda akan menemukan untaian firman:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ * وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya. Sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menaf- kahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka beriman kepada kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS. A l-Baqarah: 2-4)
Setelah beberapa ayat kemudian, Anda bisa membaca keterangan yang menjelaskan tentang Allah SWT.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ * الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Wahai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah- buahan sebagai rezeki bagi kalian; karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui. (QS. A l-Baqarah: 21-22)
Setelah itu ada keterangan yang menjelaskan tentang pembalasan,
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Maka jika kalian tidak dapat membuatnya dan pasti kalian tidak akan dapat membuatnya, peliharalah diri kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (QS. A l-Baqarah: 24)
Al-Qur'anul Karim menggunakan gaya yang unik yang belum pernah digunakan oleh kitab-kitab aqidah. Anda bisa menemukan dalam Al-Qur'an makna sederhana yang impresif, yang dibangun di atas landasan fitrah manusia tanpa ada hal yang memberat-beratkan atau berlebihan. Al-Qur'anul Karim berbicara kepada fitrah manusia, bersih dari segala warna tindakan yang dibuat-buat. Ia tidak berbicara kepadanya berdasarkan f ilsafat, logika, atau pandangan-pandangan teologis, karena semua ini karya yang dibuat manusia untuk manusia. Anda cukup memahami ketika membaca kitab Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ * ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ * وَأَنَّ السَّاعَةَ آَتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ
Wahai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kalian dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi, kemudian dengan berangsur-angsur kalian sampai kepada kedewasaan, dan di antara kalian ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kalian yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kalian lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah, lalu menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah Yang Haq, dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya, dan bahwasanya Dia membangkitkan semua orang di dalam kubur. (QS. Al-Hajj: 5-7)
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ * تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah, Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkau-lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masuk- kan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam, Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau memberi rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab. (QS. Ali Imran: 26-27)
Kemudian, wahai Akhi, lihatlah cara penyampaian bukti tentang kelemahan manusia di hadapan kekuasaan Allah SWT:
هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ
Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan, dan (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin sepoi, lalu mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai dan gelombang dari segenap penjuru menimpanya, lalu mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya)..
sampai di sini fitrah manusia muncul dalam kesadaran iman yang paling dalam
دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
...maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), 'Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.' (QS. Yunus: 22)
Kitab Allah SWT membangkitkan hati untuk percaya kepada apa yang seharusnya dipercayai oleh hati. Keimanan ini tidak berhenti sampai di sini saja, karena bila berhenti sampai di sini, ia hanya merupakan keimanan ilmiah teoritis. Lebih dari itu, Al-Qur'an menyadarkan Anda bahwa kehidupan di akhirat menanti Anda dan pengawasan Allah senatiasa mengikuti Anda.
وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآَنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Tidaklah kalian tengah berada dalam suatu urusan, tidaklah kalian tengah membaca suatu ayat dari Al-Qur'an, atau tidaklah kalian tengah mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya. Tidaklah luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar dzarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak ada (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (QS. Yunus: 61)
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
Dia mengetahui pandangan mata yang berkhianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (QS. Ghafir : 19)
Jadi, ke mana pun Anda menghadap, wahai Akhi, Anda mengerti bahwa mata Allah melihat Anda dan bahwa pengawasan Allah meng- ikuti Anda. Kesimpulan ilmiah darinya adalah bahwa Anda seharusnya senantiasa merasa diawasi oleh Allah. "Jika kamu tidak bisa (seolah-olah) melihat-Nya, maka (sadarilah) sesungguhnya Dia melihatmu."
Selain itu Anda juga melihat akhirat senantiasa berada di hadapan Anda.
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
Dan diletakkanlah kitab, lalu kalian akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, 'Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak me- ninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis).' Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun. (QS. Al-Kahfi: 49)
وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan pada hari itu kalian lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kalian diberi balasan atas apa yang telah kalian kerjakan. (QS. Al-Jaatsiyah: 28)
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan. (QS. Al-Anbiya': 47)
Jadi, keyakinan ini bersifat fitri dan praktis, berlandaskan kepada fitrah dan mengarahkan fitrah itu kepada amal dan kebaikan. Ia adalah aqidah salimah (keyakinan yang sehat), yang memadukan antara kesederhanaan dan kedalaman. Inilah unsur pertama. Bersambung ke Pandangan Umum tentang Kitab Allah SWT(2)[Sumber: Ceramah-ceramah Hasan Al-Banna]
Ikhwan yang mulia, saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari Allah, yang baik dan diberkahi: Assalaamu'alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh.
Demikianlah, semakin lama, hari dan malam ini semakin cemerlang dan jiwa menempati satu derajat di atas kedudukan sebelumnya. Kita memohon kepada Allah SWT agar mengaruniakan kepada kita kecintaan dan persatuan karena-Nya, serta menempatkan kita di jalan orang-orang yang dikatakan oleh Rasulullah SAW., "Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat, 'Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku? Pada hari ini Aku naungi mereka dengan keagungan-Ku, pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.'"
Wa ba' du. Ikhwan sekalian, pada malam ini, saya tidak membatasi tema tertentu untuk saya sampaikan kepada Anda semua mengenai kitab Allah SWT. Namun seringkali terlintas dalam pikiran saya, khususnya dalam kajian, ceramah, dan pelajaran yang saya sampaikan kepada Ikhwan di segenap penjuru negeri, persoalan umum. Yakni pandangan umum mengenai kitab Allah SWT. Saya ingin menyampaikan pandangan umum tersebut pada malam ini, terlebih pada malam ini banyak utusan dari cabang-cabang Ikhwan Kairo bersama kita.
Saya ingin berbicara tentang pandangan umum ini, agar bisa menjadi cahaya yang menerangi dakwah kita. Dakwah kita adalah dakwah yang mengajak kepada Al-Qur'an, sehingga pembicaraan tersebut sekaligus merupakan pengarahan bagi para juru dakwah Ikhwan, di samping sebagai rangkuman berbagai pengarahan dalam kitab Allah. Jadi, apa yang saya bicarakan kepada Anda pada malam hari ini, Ikhwan sekalian, adalah gambaran global tentang dakwah Ikhwanul Muslimin.
Kita senantiasa membaca kitab Allah SWT, memahaminya, berpindah-pindah dalam taman-taman satu surat di antara bunga-bunga ayatnya yang menyenangkan dan indah, melambungkan pandangan di dalamnya, menyelesaikan bagian demi bagian dari sub pembahasan Al-Qur'an, surat demi surat.
Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kepada Anda semua kesimpulan dari makna hadits shahih berikut:
"Nabi SAW ditanya, 'Amal apa yang paling utama?' Beliau menjawab, Al-Hallul Murtahil (orang yang singgah dan pergi).' Ditanyakan, 'Apa Al-Hallul Murtahil itu?' Beliau menjawab, 'Ahli Al-Qur'an. la membaca dari awalnya hingga akhirnya; dari akhirnya kembali ke awalnya. Setiap ia singgah maka ia ak an segera pergi.' "
Sebagaimana perkataan Abdullah bin Mas'ud, "Jika saya membaca surat Alif Lam Haa Miim, saya seolah-olah singgah dan menjelajah di kebun-kebun yang buah-buahannya matang." Hal itu disebabkan dalam surat tersebut terdapat deskripsi yang indah, gaya bahasa yang elok, serta anjuran dan ancaman.
Berkaitan dengan "orang yang singgah dan pergi" mereka mengatakan, "Jika seseorang telah mengkhatamkan Al-Qur'an, dianjurkan agar ia tidak mengakhiri bacaannya di situ, tetapi hendaklah ia mulai membaca Al-Fatihah dan beberapa ayat dari surat Al-Baqarah sehingga terjadi hubungan antara permulaan dan penutupan, setelah itu hendaklah ia berdoa sekehendaknya.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 186)
Ikhwan sekalian, jika seseorang membaca ayat-ayat Allah dan kitab Allah, ia bisa merangkum empat unsur secara umum di dalamnya:
Pertama adalah aqidah salimah (keyakinan yang sehat)
Kitab Allah SWT mengupas masalah keyakinan umat manusia. Manusia memang tidak dapat hidup tanpa keyakinan. Keyakinan adalah fitrah dalam diri manusia. Mengenai masalah ini, salah seorang ilmuwan Barat berkata, "Jika saya ditanya, mengapa saya percaya kepada Tuhan, saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini kecuali dengan jawaban yang sama ketika saya ditanya, mengapa saya makan, mengapa saya minum, dan mengapa saya tidur. Demikian itu karena makan, minum, dan tidur adalah kebutuhan pokok bagi eksistensi materi saya. Akan halnya iman, ia adalah kebutuhan pokok bagi eksistensi spiritual saya."
Al-Qur'anul Karim, Ikhwan sekalian, datang untuk mengatur kebutuhan dasar spiritual manusia ini secara mudah dan sederhana. Kita bisa merangkum keyakinan-keyakinan yang dikemukakan dalam kitab Allah, yaitu keimanan kepada Allah, hari pembalasan serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Itu adalah keimanan yang mudah dan sederhana. Ia tidak mengandung pelik-pelik yang sulit untuk Anda pahami. Al- Qur'anul Karim menginginkan agar Anda benar-benar menyadari hakikat bahwa Anda mempunyai keterkaitan dengan kekuatan yang mengelola alam semesta ini, kekuatan yang mengatur segala sesuatu, dan kekuatan yang berkuasa atas segala sesuatu. Kekuatan tersebut dekat dengan Anda, bahkan lebih dekat daripada diri Anda sendiri.
Al-Qur'an menghendaki agar Anda percaya kepada kehidupan spiritual. Yang saya maksud kehidupan spiritual adalah kehidupan yang baru. Hendaklah Anda percaya bahwa kehidupan itu tidak berakhir dengan perpisahan nyawa dari jasad Anda. Akan tetapi, ada kehidupan lain di mana Anda akan dihisab. Jika Anda telah berbuat kebajikan, maka Anda akan mendapatkan kebajikan pula, tetapi jika perbuatan yang Anda lakukan tidak demikian, maka Anda juga akan mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatan Anda itu. Landasan dari semua itu adalah hendaknya Anda beriman kepada Allah dan hari akhir.
Ketika Anda membaca Al-Qur'an, pada ayat pertama, Anda akan menemukan untaian firman:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ * وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya. Sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menaf- kahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka beriman kepada kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS. A l-Baqarah: 2-4)
Setelah beberapa ayat kemudian, Anda bisa membaca keterangan yang menjelaskan tentang Allah SWT.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ * الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Wahai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah- buahan sebagai rezeki bagi kalian; karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui. (QS. A l-Baqarah: 21-22)
Setelah itu ada keterangan yang menjelaskan tentang pembalasan,
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Maka jika kalian tidak dapat membuatnya dan pasti kalian tidak akan dapat membuatnya, peliharalah diri kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (QS. A l-Baqarah: 24)
Al-Qur'anul Karim menggunakan gaya yang unik yang belum pernah digunakan oleh kitab-kitab aqidah. Anda bisa menemukan dalam Al-Qur'an makna sederhana yang impresif, yang dibangun di atas landasan fitrah manusia tanpa ada hal yang memberat-beratkan atau berlebihan. Al-Qur'anul Karim berbicara kepada fitrah manusia, bersih dari segala warna tindakan yang dibuat-buat. Ia tidak berbicara kepadanya berdasarkan f ilsafat, logika, atau pandangan-pandangan teologis, karena semua ini karya yang dibuat manusia untuk manusia. Anda cukup memahami ketika membaca kitab Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ * ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ * وَأَنَّ السَّاعَةَ آَتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ
Wahai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kalian dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi, kemudian dengan berangsur-angsur kalian sampai kepada kedewasaan, dan di antara kalian ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kalian yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kalian lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah, lalu menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah Yang Haq, dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya, dan bahwasanya Dia membangkitkan semua orang di dalam kubur. (QS. Al-Hajj: 5-7)
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ * تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah, Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkau-lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masuk- kan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam, Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau memberi rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab. (QS. Ali Imran: 26-27)
Kemudian, wahai Akhi, lihatlah cara penyampaian bukti tentang kelemahan manusia di hadapan kekuasaan Allah SWT:
هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ
Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan, dan (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin sepoi, lalu mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai dan gelombang dari segenap penjuru menimpanya, lalu mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya)..
sampai di sini fitrah manusia muncul dalam kesadaran iman yang paling dalam
دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
...maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), 'Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.' (QS. Yunus: 22)
Kitab Allah SWT membangkitkan hati untuk percaya kepada apa yang seharusnya dipercayai oleh hati. Keimanan ini tidak berhenti sampai di sini saja, karena bila berhenti sampai di sini, ia hanya merupakan keimanan ilmiah teoritis. Lebih dari itu, Al-Qur'an menyadarkan Anda bahwa kehidupan di akhirat menanti Anda dan pengawasan Allah senatiasa mengikuti Anda.
وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآَنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Tidaklah kalian tengah berada dalam suatu urusan, tidaklah kalian tengah membaca suatu ayat dari Al-Qur'an, atau tidaklah kalian tengah mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya. Tidaklah luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar dzarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak ada (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (QS. Yunus: 61)
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
Dia mengetahui pandangan mata yang berkhianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (QS. Ghafir : 19)
Jadi, ke mana pun Anda menghadap, wahai Akhi, Anda mengerti bahwa mata Allah melihat Anda dan bahwa pengawasan Allah meng- ikuti Anda. Kesimpulan ilmiah darinya adalah bahwa Anda seharusnya senantiasa merasa diawasi oleh Allah. "Jika kamu tidak bisa (seolah-olah) melihat-Nya, maka (sadarilah) sesungguhnya Dia melihatmu."
Selain itu Anda juga melihat akhirat senantiasa berada di hadapan Anda.
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
Dan diletakkanlah kitab, lalu kalian akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, 'Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak me- ninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis).' Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun. (QS. Al-Kahfi: 49)
وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan pada hari itu kalian lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kalian diberi balasan atas apa yang telah kalian kerjakan. (QS. Al-Jaatsiyah: 28)
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan. (QS. Al-Anbiya': 47)
Jadi, keyakinan ini bersifat fitri dan praktis, berlandaskan kepada fitrah dan mengarahkan fitrah itu kepada amal dan kebaikan. Ia adalah aqidah salimah (keyakinan yang sehat), yang memadukan antara kesederhanaan dan kedalaman. Inilah unsur pertama. Bersambung ke Pandangan Umum tentang Kitab Allah SWT(2)[Sumber: Ceramah-ceramah Hasan Al-Banna]