Berita yang menyita perhatian umat Islam pekan ini selain Gempa di Sumatra Barat adalah pemilihan Ketua MPR. Sabtu (3/10) kemarin, melalui S...
Berita yang menyita perhatian umat Islam pekan ini selain Gempa di Sumatra Barat adalah pemilihan Ketua MPR. Sabtu (3/10) kemarin, melalui Sidang Paripurna Pemilihan Pimpinan MPR di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, MPR telah memilih pimpinan MPR 2009-2014. Seperti banyak diberitakan sebelumnya bahwa banyak Fraksi mendukung Taufiq Kiemas (TK) sebagai Ketua MPR, ia pun terpilih secara mufakat oleh semua fraksi, kecuali Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Ada banyak orang yang berkomentar di Facebook pada hari pemilihan. Mereka menyayangkan jika majelis itu dipimpin oleh TK. Bahkan ada yang mengomentari “Penurunan drastic, dari Amin Rais, Hidayat Nur Wahid, kok sekarang Taufiq Kiemas.” Memang jika dipandang dari kaca mata umat, sangat tidak ideal. Tetapi, dunia politik memiliki logikanya sendiri. Dan itu tidak lain adalah cara kerja demokrasi. Yang akan terpilih adalah siapa yang didukung suara terbanyak, bukan siapa yang paling baik.
Maka, ini seharusnya menjadi pelajaran bagi umat Islam. Khususnya mereka yang memperjuangkan Islam dengan jalan “menikmati demokrasi”. Ke depan, jika memang umat ini serius untuk memenangkan Islam melalui partai politik, maka partai Islam harus menjadi partai terbesar! Dengan menjadi fraksi terbesar, ia akan mampu mendudukkan kadernya sebagai ketua DPR. Dengan menjadi fraksi terbesar, ia juga akan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk duduk di pimpinan MPR. Dan yang lebih strategis, ia bisa mengajukan calon presiden sendiri dan memimpin negeri ini dengan amanah; menuju cita-cita dakwah.
Tampaknya, buku Menuju Mihwar Daulah perlu dibaca oleh kader-kader partai dakwah yang belajar dari pengalaman ini dan serius meraih kemenangan. Maka, setiap saat adalah saat-saat kerja dakwah; apapun bentuknya, bagaimanapun menyiasatinya.
Pelajaran lain yang bisa diambil dari kasus ini adalah bagaimana memilih pemimpin. Ternyata banyak orang Islam yang mengabaikan kriteria pemimpin menurut Islam dan lebih mengedepankan kepentingan pribadi atau kepentingan politik semata. Maka, ini juga menjadi tugas dakwah untuk memperluas dakwah ini dan menyadarkan umat tentang politik dan kepemimpinan. Mewarnai dengan shibgah Islam! Ini memang berat, tapi bukan sesuatu yang mustahil kan? [Muchlisin]