Hari demi hari kita lalui. Pekan demi pekan kita lewati. Bulan demi bulan pun berganti. Tidak terasa kita telah memasuki bulan Rajab. Itu ar...
Hari demi hari kita lalui. Pekan demi pekan kita lewati. Bulan demi bulan pun berganti. Tidak terasa kita telah memasuki bulan Rajab. Itu artinya, tidak sampai dua bulan lagi kita akan berjumpa dengan tamu istimewa. Kita akan kedatangan bulan yang mulia. Bulan Ramadhan.
Kita mungkin merasa biasa-biasa saja saat berada di bulan Rajab seperti sekarang ini. Kita mungkin merasa sama saja ketika Ramadhan kian dekat. Dan, inilah yang membedakan generasi kita hari ini dengan generasi pertama umat Islam. Sebagaimana bedanya kita dengan mereka saat berada di hari Jum'at. Sebagaimana bedanya kita dengan mereka di waktu sepertiga malam terakhir.
Dari hadits yang sampai kepada kita, kita bisa mendapatkan kesimpulan bagaimana bedanya persiapan kita dan persiapan mereka. Rasulullah mengajarkan kepada sahabatnya -juga seluruh umatnya- sebuah doa tatkala memasuki bulan Rajab:
"Allaahumma baarik lanaa fii Rajaba wa Sya'ban, wa baarik lanaa fii Ramadhaan"
"Ya Allah berkahilan kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta berkahilah kami di bulan Ramadhan." (HR. Ahmad).
Doa tersebut menggambarkan betapa Rasulullah dan para shahabatnya telah mempersiapkan diri menyongsong bulan Ramadhan itu dua bulan sebelumnya. Seperti saat-saat sekarang ini, Ramadhan telah melekat di hati, dinanti, dirindui, dan jiwa raga dipersiapkan menghadapinya; sebaik-baiknya.
Karenanya kita kemudian mendapatkan jejak sejarah para sahabat Nabi yang selalu merindukan Ramadhan, berharap semua bulan adalah Ramadhan. Diantara mereka ada yang berdoa selama enam bulan sejak kepergian Ramadhan agar ibadahnya selama Ramadhan diterima Allah SWT. Lalu lima bulan berikutnya berdoa supaya dipertemukan dengan Ramadhan yang akan datang. Kita pun mendapatkan bukti dari mereka melalui sejarah yang kita baca, ternyata mereka memiliki tradisi 'me-ramadhan-kan semua bulan'.
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan hadits yang senada dengan redaksi yang agak berbeda. Bahwa Rasulullah SAW mengajarkan doa ketika berada di bulan Rajab :
"Allaahumma baarik lanaa fii Rajaba wa Sya'ban, wa baalighnaa Ramadhaan"
"Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan" (HR. Al-Baihaqi).
Mungkin hadits kedua ini lebih familiar bagi kita. Tetapi pada dasarnya kita mendapatkan pelajaran yang sama; bahwa Rasulullah dan para shahabatnya telah mempersiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan sejak dua bulan sebelumnya. Bagaimana dengan kita? Saat itu kini telah menyapa kita. [Muchlisin]